DKP Mataram mendata alat tangkap nelayan terdampak abrasi

id ikan,nelayan, abrasi,DKP Mataram data alat tangkap nelayan,data alat tangkap nelayan terdampak abrasi

DKP Mataram mendata alat tangkap nelayan terdampak abrasi

Ilustrasi: seorang nelayan di Lingkungan Mapak Indah, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, duduk termenung melihat rumahnya yang roboh akibat abrasi pantai pada Kamis (22/12-2022). (Foto: ANTARA/Nirkomala)

Mataram (ANTARA) - Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, melakukan pendataan terhadap nelayan terdampak abrasi pantai termasuk alat tangkap nelayan yang hanyut terbawa gelombang pasang akibat cuaca ekstrem.

"Tim kami saat ini sedang turun melakukan pendataan ke nelayan, sekaligus mencari tahu apakah ada alat tangkap nelayan seperti perahu, jaring, dan lainnya yang terbawa arus," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Mataram Irawan Harimansyah di Mataram, Selasa.

Pernyataan itu disampaikan menyikapi cuaca ekstrem yang terjadi selama sepekan, sehingga menyebabkan abrasi pantai pada sepanjang 9 kilometer pantai di Kota Mataram. Bahkan data sementara BPBD Kota Mataram mencatat 103 KK terdampak dan 23 unit rumah rusak berat.

Selain mendata nelayan yang kehilangan alat tangkapnya akibat abrasi, DKP juga mendata kondisi semua nelayan untuk diusulkan mendapatkan bantuan kebutuhan pokok di Dinas Sosial (Dinsos).

Jumlah nelayan dan buruh nelayan di Kota Mataram, katanya, saat ini tercatat sekitar 1.700 orang tersebar di dua kecamatan, yakni Kecamatan Sekarbela dan Ampenan.

"Mereka (1.700 orang-red), sudah kami usulkan untuk mendapatkan bantuan ke dari Dinsos. Kita usulkan yang terdampak dan tidak, sebab selama cuaca ekstrem nelayan rata-rata tidak melaut," katanya.

Sementara terkait dengan pendistribusian bantuan, lanjut Irwan, sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab Dinsos seperti apa mekanismenya yang penting nelayan bisa dibantu.

Di sisi lain, lanjutnya, untuk memenuhi kebutuhan nelayan selama tidak melaut, sejumlah kelompok istri nelayan juga melakukan kegiatan pengolahan hasil seperti dengan membuat abon ikan, dan bakso ikan.

Kelompok istri nelayan yang salah satunya aktif melaksanakan kegiatan pengolahan hasil ada di Lingkungan Gatep.

"Jadi ibu-ibu ini sudah menyiapkan diri, sehingga bisa membantu pemenuhan kebutuhan ketika suami mereka tidak melaut saat angin barat," katanya.

Dia berharap, kegiatan serupa juga dapat dilakukan oleh istri-istri nelayan di lingkungan lainnya sehingga bisa menjadi alternatif tambahan penghasilan.

"Kalau untuk kegiatan pelatihan-pelatihan pengolahan hasil, sudah kita berikan secara bertahap," katanya.