Polisi bantu usir mahasiswa dari wisma ntb

id polsek menteng mengusir mahasiswa bima di wisma NTB

Polsek Menteng yang dipimpin Kapolsek AKBP Subandi mendatangi Kantor Penghubung Pemprov NTB di Menteng itu, Rabu, untuk meminta kelompok mahasiswa Bima untuk membubarkan diri.
Jakarta,  (ANTARA Mataram) - Aparat kepolisian dari Polsek Menteng dan Polres Jakarta Pusat membantu manajemen Wisma Nusa Tenggara Barat untuk mengusir sekelompok mahasiswa asal Bima yang sejak Jumat (25/5), menduduki teras Kantor Penghubung Pemprov NTB di Jakarta.

Polsek Menteng yang dipimpin Kapolsek AKBP Subandi mendatangi Kantor Penghubung Pemprov NTB di Menteng itu, Rabu, untuk meminta kelompok mahasiswa Bima untuk membubarkan diri.

Polsek Menteng yang dukung Polres Jakarta Pusat membawa serta truk pengangkut tahanan berikut sejumlah personel yang memadai agar dapat bertindak jika kelompok mahasiswa memberi perlawanan.

Namun tidak ada tindakan represif karena kelompok mahasiswa itu mau meninggalkan lokasi aksi setelah digelar pertemuan koordinasi yang dipimpin Kapolsek Menteng.

Pertemuan koordinasi itu difasilitasi Kepala Kantor Penghubung Pemprov NTB di Jakarta Baiq Zuhar Parhi, yang dihadiri dua perwakilan mahasiswa Bima.

Ketua Komisi I (Bidang Pemerintahan) DPRD NTB H Ali Ahmad yang kebetulan berada di Wisma NTB juga hadir dalam pertemuan koordinasi tersebut.

"Kami siap membubarkan paksa aksi adik-adik mahasiswa. Tapi tolong pahami substansi persoalannya, dan sebaiknya aksi ini dihentikan dan kembalilah ke kediaman masing-masing," ujar AKBP Subandi dalam pertemuan koordinasi tersebut.

Pada kesempatan itu, perwakilan mahasiswa Bima yang menduduki teras Wisma NTB itu mencoba mengungkapkan kembali alasan demo yang berujung pendudukan teras kantor pehubung itu. Namun berbagai pihak menegaskan bahwa ulah mahasiswa itu sudah tidak wajar.

Ketua Komisi I DPRD NTB Ali Ahmad pun mengecam tindakan mahasiswa Bima yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Bima (Imbi) Jakarta itu.

Ali meminta mahasiswa Bima menemuinya di Kantor DPRD NTB untuk menyampaikan aspirasinya, bukan menduduki Wisma NTB di Jakarta itu.

"Bukan begini cara menyampaikan aspirasi. Ayo bubar dan kembali ke kediaman kalian. Kalau ada aspirasi kami tunggu di gedung DPRD NTB di Mataram," ujar Ali dan meminta rapat koordinasi diakhiri agar para mahasiswa Bima itu dapat segera meninggalkan lokasi aksi.

Rapat pun bubar dan polisi kemudian mendorong kelompok mahasiswa itu untuk pulang ke kediaman masing-masing.

Sempat terjadi perdebatan antara mahasiswa dan polisi karena sebagian mahasiswa meminta dipulangkan menggunakan taksi dan sebagiannya lagi hendak menggunakan sepeda motor. Rumah kontrakan mahasiswa Bima itu antara lain di Pasar Rebo, Jalan Kramat Jati, Jakarta Timur.

Setelah mahasiswa Bima itu meninggalkan lokasi aksi, polisi tetap berjaga-jaga karena dikhawatirkan kelompok mahasiswa itu kembali beraksi.

Menurut Kepala Kantor Penghubung Pemprov NTB di Jakarta Baiq Zuhar Pahri, mahasiswa Bima yang tergabung dalam Imbi itu kecewa karena permintaan anggaran kontrak rumah di Jakarta untuk sekretariat mereka yang akan berakhir 30 Mei 2013, tidak lagi diperpanjang.

"Karena kesal terhadap Pemkab Bima mereka demo di Kantor Penghubung Pemprov NTB ini agar mendapat perhatian. Saya pun sudah berkoordinasi dengan Bupati Bima, Ketua DPRD Bima dan Sekda Kabupaten Bima. Hasilnya tetap tidak ada anggaran untuk Imbi karena dananya sudah dialokasikan kepada dua organisasi mahasiswa Bima di Jakarta selain Imbi," ujar Pahri.