Jakarta (ANTARA) - Sinergi dan dukungan seluruh pihak dinilai penting untuk mempercepat implementasi teknologi rendah karbon di sektor minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia. Teknologi rendah karbon seperti penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon atau carbon capture, utilization and storage (CCUS) dapat menjadi solusi peningkatan produksi migas untuk mendukung target satu juta barel minyak per hari dan 12 miliar kaki kubik gas per hari pada 2030, sekaligus mendukung pengurangan emisi menuju net zero emission Indonesia pada 2060.
"Dengan demikian, sinergi dan dukungan semua pihak menjadi penting," kata Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Kementerian ESDM Mirza Mahendra dalam talkshow bertajuk "CCS sebagai Teknologi untuk Offset Emisi di Indonesia" yang diselenggarakan Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) di Kantor LEMIGAS Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM seperti dikutip di Jakarta, Jumat.
Mirza menjelaskan saat ini terdapat 16 proyek CCS/CCUS di Indonesia yang masih tahap studi dan persiapan dan sebagian besar ditargetkan beroperasi sebelum 2030. "Paling signifikan yaitu CCUS di Tangguh BP Berau yang telah mendapatkan persetujuan plan of development. Selain itu, juga ada pilot test huff and puff CO2 injection oleh Pertamina di Lapangan Jatibarang masih skala sumur, namun hasilnya sangat menggembirakan,” ungkapnya.
Mirza menambahkan bahwa Kementerian ESDM juga telah menyiapkan rancangan Peraturan Menteri ESDM terkait penyelenggaraan CCS/CCUS yang saat ini masih tahap harmonisasi antarkementerian.
Sementara itu, Ketua IATMI Raam Krisna mengatakan kegiatan talkshow juga menjadi salah satu bentuk sinergi tersebut. "Kegiatan ini merupakan bukti sinergi pemerintah, asosiasi, akademisi, dan pelaku usaha dalam mendukung percepatan CCS/CCUS di Indonesia. Acara ini sebagai wadah bagi para pakar dan pemangku kepentingan untuk berdiskusi bersama dan memberikan pandangan dalam upaya pengembangan potensi CCS/CCUS, termasuk terkait potensi carbon trading untuk mendukung keekonomian proyek CCS/CCUS," ungkap Raam.
Acara tersebut menghadirkan dua pembicara dari ExxonMobil dan LEMIGAS. "Kunci dari kesuksesan proyek CCUS yaitu kolaborasi, skala, biaya, serta keamanan dan manajemen resiko. Apabila semua aspek tersebut sudah terperhitungkan dengan baik, maka program CCUS akan sukses," ujar Prasanna V Joshi dari ExxonMobil
Baca juga: Program biodiesel B35 diluncurkan Februari 2023
Baca juga: Sebanyak 1.961 peserta ikuti pelatihan vokasi sepanjang 2022
Sedangkan, Dadan Damayandri, dari LEMIGAS Kementerian ESDM, menerangkan LEMIGAS telah melakukan banyak studi CCUS dari 2003 termasuk dengan Japex Jepang dan PT Pertamina (Persero).
Ke depan, LEMIGAS akan melakukan studi pemetaan potensi depleted reservoir dan saline aquifer untuk CCS/CCUS hub dan clustering, serta studi pemanfaatan karbon untuk produksi metanol hidrogen biru dan mendukung Ditjen Migas Kementerian ESDM dalam merumuskan kebijakan mengenai CCS/CCUS.
Berita Terkait
ESDM pastikan penggunaan BBM rendah sulfur
Sabtu, 5 Oktober 2024 4:33
PT Amman raih empat penghargaan Good Mining Practice Award 2024
Kamis, 3 Oktober 2024 18:08
Kementerian ESDM menyiapkan aturan audit energi sektor bangunan gedung
Jumat, 27 September 2024 6:43
KPK periksa Direktur Kementerian ESDM soal gratifikasi Gubernur Maluku Utara AGK
Kamis, 26 September 2024 14:01
Bahlil sebut realisasi PNBP capai 87,49 persen
Kamis, 26 September 2024 5:59
Perlu pembiayaan swasta capai target emisi nol
Sabtu, 7 September 2024 4:29
Indonesia gali perluasan pemanfaatan panas bumi Afrika
Selasa, 3 September 2024 20:03
Kementerian ESDM menindaklanjuti peningkatan produksi migas
Minggu, 1 September 2024 10:01