Jakarta (ANTARA) - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus menyebut penutupan Silicon Valley Bank (SVB) secara tidak langsung dapat mengurangi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar 0,024 persen.
Hal itu didapatkan berdasarkan analisis dengan Global Trade Analysis Project. “Kalau penutupan SVB ini direspons oleh sentimen di pasar saham dan harga komoditas, seperti kemarin ada kenaikan harga emas dan minyak serta respons kekhawatiran lain, PDB Indonesia dapat minus 0,024 persen,” kata Ahmad Heri Firdaus dalam Diskusi Publik Online, Kamis.
Adapun penutupan SVB oleh Regulator Perbankan California diperkirakan akan berdampak secara tidak langsung terhadap pengurangan 0,020 persen dari PDB dunia. Sementara itu, dari sisi ekspor, penutupan SVB secara tidak langsung dapat menurunkan ekspor Indonesia sebesar 0,35 persen. Sedangkan, masih berdasarkan perhitungan yang sama, ekspor dunia juga dapat terdampak secara tidak langsung hingga mengalami penurunan sebesar 0,16 persen.
Pemerintah di setiap negara pun perlu mengelola sentimen negatif dari penutupan SVB yang bisa menyebabkan penurunan perekonomian lebih dalam lagi, dan bahkan mungkin mengambil peluang yang ada.
Baca juga: Bappenas ungkapkan ekonomi sirkular sumbang Rp642 triliun PDB
Baca juga: Sri Mulyani sebutkan biaya penanganan COVID-19 setara 4,2 persen dari PDB
“Negara manapun di dunia perlu mengelola kebijakan, agar pelaku pasar tidak mengambil tindakan-tindakan yang tidak diperlukan dan bisa terhindar dari dampak negatif, dan bahkan bisa mengambil peluang,” katanya pula.
Penutupan SVB juga menjadi pembelajaran bagi perusahaan rintisan berbasis teknologi atau start up, agar tidak hanya menjalin hubungan dengan satu bank. “Jadi start up perlu agar tidak hanya berfokus mengembangkan bisnisnya, tapi senantiasa melakukan strategi untuk menjaga kesehatan finansialnya,” katanya lagi.