Denpasar (ANTARA) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Bali menyatakan tradisi dan budaya khas di Bali mampu mempersatukan dan menambah kerukunan antarumat beragama memaknai Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah.“
Budaya itu harus dipertahankan salah satunya untuk menyemarakkan kegiatan kaum Muslimin dan itu bisa mempersatukan umat, jadi bukan sekadar seremonial agama,” kata Sekretaris MUI Bali Ismoyo Soemarlan di Denpasar, Sabtu.
Menurut dia, kegiatan tradisi dan budaya khas daerah tidak dikurangi, namun terbuka menjadi akulturasi yang membawa harmonisasi.
Ia menyebutkan beberapa tradisi dan budaya Bali yang berakulturasi dan dilaksanakan saat Bulan Puasa dan Idul Fitri di antaranya megibung atau makan bersama dalam wadah yang sama.
Tradisi Bali itu dilaksanakan dengan makan bersama dalam posisi melingkar yang biasanya diadakan saat upacara keagamaan, hingga hajatan lainnya.
Kegiatan itu juga dilaksanakan di Kampung Islam Kepaon Denpasar utamanya saat bulan puasa yang diadakan saat waktu khusus yakni pada hari ke-10, 20 dan 30 bulan Ramadhan.
Selain megibung, kata dia, juga ada tradisi ngejot yakni tradisi memberi makanan atau bahan makanan antarsesama.
“Di tempat tinggal saya kawasan Padangsambian, Denpasar, itu sama tetangga saling memberi. Saat Idul Fitri saya ngejor, nanti saat Galungan dan Kuningan, tetangga Hindu juga mengirimkan makanan ke kami, sesederhana itu jadi guyub,” katanya.
Tak hanya itu, ketika umat Islam melaksanakan ibadah termasuk saat Shalat Idul Fitri, petugas keamanan adat khas Bali atau "Pecalang" ikut membantu mengatur kelancaran dan keamanan ibadah.
“Ini sangat bagus, bukan menjadi masalah. Di lembaga misalnya Muhammadiyah itu ada yang membidangi seni budaya olahraga, begitu juga di MUI ada komisi bidang pariwisata dan budaya,” ucapnya.
Baca juga: Idul Fitri momentum bangun politik lebih beradab
Baca juga: DMI Bulungan gelar pawai mobil hias jelang Idul Fitri
Umat Islam di Bali melaksanakan Shalat Idul Fitri di sejumlah titik di antaranya di Denpasar diadakan di Lapangan Puputan Niti Mandala Renon, Lapangan Lumintang Denpasar, Lapangan Kapten Japa dan sejumlah masjid di Bali.