Mataram, (Antara) - Sejumlah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Mataram (UMM) yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Sasentra, Senin (22/12), membakar fasilitas kampus yang selama ini dijadikan lokasi latihan teater.
Aksi sejumlah mahasiswa itu dilakukan sebagai bentuk protes kepada pihak kampus yang melarang berdirinya bangunan itu, padahal sarana itu dibuat mahasiswa guna menunjang kreativitasnya.
Protes dilayangkan terkait permintaan Pembantu Rektor III UMM, Drs Amil, yang menginginkan bangunan itu dibongkar karena bangunan berbentuk lapak itu dianggap mengganggu pemandangan kampus.
Aksi mahasiswa diawali dengan melakukan teatrikal yang melibatkan belasan anggota teater kampus itu. Dengan seketika beberapa di antaranya menyulut api di tiga bangunan itu.
Akhirnya, dalam hitungan menit, api langsung berkobar, karena bangunan yang berada di depan gedung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMM itu memang terbuat dari kayu, bambu dan atap ilalang.
Dalam aksinya, tidak ada yang bisa mencegah aksi nekat para mahasiswa itu. Tampak sebagian mahasiswa membakar dan di antaranya menangis melihat api yang berkobar.
"Jangan bakar milik kami, tolong jangan dibakar," teriak beberapa mahasiswi sembari terus menangis.
Sementara itu, Pembantu Rektor III Drs Amil dan sejumlah dosen serta petugas keamanan kampus berusaha menenangkan aksi mahasiswa itu, tapi tidak juga ditanggapinya.
Nurjayadi Ketua Sasentra UMM menyesalkan larangan dari PR III tersebut. "Ini sama dengan menghalangi kreativitas kami untuk mengembangkan diri," katanya.
Menindaklanjuti larangan itu, dirinya bersama seluruh anggota Sasentra UMM menyalurkan bentuk kekecewaan itu dengan membakar tempat yang terkesan kumuh itu.
Menurut informasi yang ia dapatkan selain bangunan itu dianggap kumuh, juga alasannya karena mahasiswa dan mahasiswi sering terlihat keluar masuk bilik bangunan itu.
"Ini tempat berkarya, berkreativitas, agar kami tidak menjadi generasi yang bodoh," ujar Nurjayadi.
Sementara itu, PR III UMM Drs Amil saat dikonfirmasi, mengaku kejadian itu di luar dugaannya. Ia sama sekali tidak pernah menyangka mahasiswa akan senekat itu membakar bangunan yang mereka buat.
"Padahal sama sekali kami tidak sekeras itu melarang, apalagi sampai meminta dibakar," katanya.
Selain itu, alasan menegur bangunan itu karena banyak muncul sorotan dan keluhan dari dosen yang sering melihat mahasiswa dan mahasiswi keluar masuk dari sebuah bilik yang dijadikan kantin.
"Kita tidak menuduh ada perbuatan terlarang. Tapi kan kelihatannya tidak enak dipandang. Kesannya tidak baik," ucapnya.