LPTB Susan Budihardjo unjuk gaya busana rancangan 23 siswanya

id JF3, Kelapa Gading, Jakarta Utara,Susan Budihardjo,Mal Kelapa Gading

LPTB Susan Budihardjo unjuk gaya busana rancangan 23 siswanya

Dua siswa Lembaga Pengajaran Tata Busana (LPTB) Susan Budihardjo Jakarta, Khaerunisa Dhea (kedua kiri) dan Tania Rosali (kedua kanan), menjadi salah satu perancang busana yang tampil dalam Jakarta Fashion Food Festival (JF3) di Mal Kelapa Gading, Jakarta Utara, Sabtu (22/7/2023). ANTARA/Abdu Faisal

Jakarta (ANTARA) - Lembaga Pengajaran Tata Busana (LPTB) Susan Budihardjo unjuk gaya busana rancangan 23 siswanya dalam serangkaian peragaan busana Jakarta Fashion Food Festival (JF3) 2023 di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Sabtu (22/7).

Dua siswa LPTB Susan Budihardjo Jakarta, Khaerunisa Dhea dan Tania Rosali mewakili rekan-rekannya yang tampil di Mal Kelapa Gading, Jakarta Utara, Sabtu, mengatakan inspirasi rancangan busana yang mereka buat umumnya berasal dari kejahatan siber dan pembajakan data yang marak di masa adaptasi dan transisi dari Generasi Z menuju Alpha. "Busana yang kami buat terinspirasi oleh cyber crime dan hacker, karena relevan dengan tajuk utama kami yaitu (Alpha) Adaptation," kata Dhea.

Senada dengan Dhea, Tania mengatakan generasi Alpha yang lahir antara tahun 2010 hingga 2014 memiliki cara pandang yang akrab dengan teknologi digital, memiliki perspektif bebas, mandiri, serta tidak ragu mencoba hal baru.

23 siswa LPTB Susan Budihardjo yang tampil di JF3, di antaranya 16 orang dari Jakarta, tiga orang dari Bali, dan empat orang dari Surabaya juga rata-rata masih berusia antara 20 hingga 27 tahun. Mengingat inspirasi datang dari suatu aktivitas yang memiliki konotasi negatif, Susan Budihardjo, selaku pimpinan LPTB telah mengutus alumnus sekolah mode tersebut, Andri Suta, untuk membimbing para calon desainer muda yang tampil di JF3 sejak enam bulan sebelum acara.

Baca juga: Di Afrika, masker menjadi bagian gaya berbusana
Baca juga: Asri Welas: NTB bisa jadi "trendsetter" busana sopan Indonesia


Andri bertugas mengarahkan penampilan para siswa agar busana yang dirancang tetap sejalan dengan tema dan memiliki 'benang merah' antara karya yang satu dengan lainnya. Namun proses menemukan inspirasi harus tetap dibebaskan tanpa batas agar para siswa dapat membuka mata selebar-lebarnya dan wawasan seluas-luasnya, sekaligus lebih peka terhadap lingkungan dan sekitarnya untuk menemukan ciri khas dan 'fashion statement' yang kuat dalam karya yang dibuat.