Suhu di NTB bisa tembus 19,9 derajat celcius

id Suhu NTB,Suhu di NTB,Kemarau NTB,BMKG

Suhu di NTB bisa tembus 19,9 derajat celcius

Kondisi cuaca di wilayah NTB cerah berawan, Selasa (25/7/2023) (ANTARA/Akhyar Rosidi)

Mataram (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan suhu udara di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terasa dingin, karena saat ini memasuki periode puncak musim kemarau 2023.

"Puncak musim kemarau ini secara tidak langsung berdampak pada mendingin nya suhu udara di wilayah NTB pada malam hingga pagi hari," kata Prakirawan BMKG Stasiun Nusa Tenggara Barat, Ni Made Adi Pratama di Mataram, Selasa.

Ia mengatakan, suhu udara terasa dingin bila dibandingkan dengan suhu sebelumnya, dikarenakan pada periode puncak musim kemarau ini, posisi matahari berada di BBU (belahan bumi utara), sehingga suhu udara di wilayah belahan bumi selatan menjadi lebih dingin dari biasanya terutama pada pagi hari.

"Suhu terasa lebih dingin saat pagi hari," katanya.

Selain itu, suhu udara terasa dingin ini dikarenakan pada periode puncak musim kemarau ini umumnya berhembus angin timuran yang bertiup dari benua Australia menuju Asia yang melintasi wilayah NTB dan membawa masa udara dingin dan kering.

Sementara itu, suhu udara di wilayah NTB pada puncak musim kemarau 2023 ini mencapai 19,9 derajat celcius dan maksimum mencapai 29,2 derajat celcius.

"Sehingga suhunya juga menjadi terasa lebih dingin," katanya.

BMKG juga mengeluarkan peringatan dini kekeringan Meteorologis pada level awas terdapat di Kabupaten Lombok Timur di Kecamatan Sambelia. Sedangkan level siaga terdapat di Kabupaten Sumbawa di Kecamatan Buer dan Utan.

"Level waspada terdapat di Kabupaten Sumbawa di Kecaatan Moyo Utara dan Kota Bima di Kecamatan Rasanae Timur," katanya.

Update kondisi dinamika atmosfer terakhir menunjukkan Indeks ENSO berada pada kondisi El Nino Lemah yang sudah berlangsung sejak awal Juni 2023. Indeks IOD pada awal Juli 2023 menunjukkan kondisi IOD netral diprakirakan kondisi IOD positif akan kembali terjadi setidaknya hingga Oktober 2023.

"Aliran massa udara umumnya didominasi angin timuran dan merata terjadi di seluruh wilayah Indonesia," katanya.