Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria mengajak anak-anak muda di Indonesia untuk bijak dan rajin menambah wawasan dengan literasi di era medial sosial (medsos) agar tetap produktif di ruang siber.
“Ini penting sekali saya kira mengingat sebentar lagi kita punya event-event nasional yang besar, di mana informasi itu lalu lalang di media internet terutama di sosial media,” kata Nezar dalam siaran persnya, Senin.
Nezar mengatakan saat ini dalam media sosial banyak beredar informasi tentang berbagai agenda dan isu nasional seperti informasi soal kesehatan, keuangan, hingga agenda nasional seperti Pemilihan Umum Serentak 2024. Informasi-informasi yang beredar di ruang digital itu menurut Nezar harus disaring apalagi jika ingin dibagikan, pastikan informasi yang dibagi bermuatan positif dan benar sehingga tidak menyesatkan masyarakat di ruang siber.
Di samping membiasakan diri untuk memulai "saring sebelum sharing" di media sosial, Nezar juga mengajak agar para generasi muda bisa untuk rajin meliterasi diri terkait digitalisasi di era media sosial.
Hal itu dikarenakan banyak teknologi digital yang berkembang dan mungkin menimbulkan kesalahpahaman apabila tidak dikenali dengan baik. Ia mencontohkan salah satu fenomena teknologi yang harus dikenali generasi muda yang tengah berkembang saat ini di media sosial ialah teknologi deep fake yang memanfaatkan kecerdasan buatan generatif atau AI generatif.
Apabila tidak mengenal ciri-ciri penggunaan teknologi deep fake, besar kemungkinan orang awam dapat tertipu karena AI generatif bisa meniru subjek. Untuk itu Nezar mengajak anak-anak muda di Indonesia bisa lebih jeli dan peka saat menanggapi kondisi serta isu terkini yang berkembang di media sosial lewat literasi digital.
Baca juga: Dirut BAKTI berkomitmen percepat konektivitas digital
Baca juga: Delegasi ASEAN bahas penguatan kapasitas logistik perdesaan
“Saya kira mengikuti satu kelas literasi digital akan sangat besar manfaatnya, apalagi teknologi sekarang berkembang sedemikian rupa. Kita tidak bisa dengan mudah membedakan mana informasi yang benar, mana yang salah,” kata Nezar.