Mataram, (Antara NTB)- Sentra produksi pangan jenis kerupuk di Lingkungan Gegutu Timur Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat dicanangkan sebagai kawasan sentra produksi kerupuk bebas dari bahan berbahanya.
Pencanangan itu dilakukan oleh Deputi Bidang Pengawasan Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM RI Drs Suratmono bersama Penjabat Wali Kota Mataram Hj Putu Selly Andayni di Mataram, Rabu.
Hadir dalam kegiatan itu Kepala BPOM Mataram I Gde Nyoman Suandi bersama jajajarannya dan Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Wartan serta Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram dr H Usman Hadi.
Deputi Bidang Pengawasan Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM RI Drs Suratmono mengatakan, pencanganan serta produksi kerupuk bebas dari bahan berbahanya ini sebagai lokasi uji coba pembinaan sentra usaha kecil pangan.
"Bebas dari bahan berbahaya itu antara lian, bahaya biologis, kimia dan fisik," ujarnya di sela melakukan kunjungan ke sejumlah dapur warga untuk melihat langsung proses pembuatan kerupuk dan melihat bahan-bahan yang digunakan.
Menurut dia, sentra produksi kerupuk ini harus terus dilakukan pembinaan termasuk untuk industri-industri rumahan lainnya sebagai salah satu upaya mendukung gerakan keamanan pangan di Indonesia.
Seperti, industri mi basah dan tahu yang selama ini juga terindikasi menggunakan bahan berbahaya.
"Pengalaman saya bertugas selama 20 tahun di BPOM, memang industri rumahan cenderung menggunakan bahan berbahaya. Karena itu, hal ini harus menjadi perhatian bersama," katanya.
Ia mengakui, untuk merubah pola pikir masyarakat memang membutuhkan waktu relatif lama, sehingga dibutuhkan kesabaran dan kesungguhan dalam melakukan pembinaan secara rutin.
Pembinaan dan pendampingan ini, katanya, harus tetap dilakukan agar para produsen bisa terus mempertahankan menggunakan bahan-bahan campuran pangan yang aman.
"Terbukti kan tanpa bahan berbahaya seperti boraks, kerupuk tidak berubah rasa bahkan lebih gurih dan tetap bisa mengembang maksimal," katanya.
Sementara Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Wartan mengatakan, pembinaan terhadap produsen kerupuk di Gegutu Timur dilakukan sejak beberapa tahun terakhir ini bekerja sama dengan BPOM Mataram.
Jumlah produsen di Gegutu Timur sebanyak 25 kelompok, dengan rata-rata satu kelompok beranggota tiga hingga empat orang.
Setiap hari, satu kelompok menghabiskan sebanyak 25 kilogram tepung terigu sebagai bahan dasar dan mengahasilkan 25 karung. Satu karung kerupung kering dijual seharga Rp250 ribu.
"Pencanangan sentra produksi pangan bebas bahan berbahaya ini sudah mulai kita terapkan juga pada sejumlah industri pangan lainnya, termasuk mi basah dan tahu," kata Wartan. (*)