Jakarta (ANTARA) - Kepala Departemen Luar Negeri National Paralympic Committee of Indonesia atau Komite Paralimpiade Indonesia (NPC Indonesia) Sukanti Rahardjo Bintoro mengatakan prestasi Indonesia dengan meraih peringkat kedua pada World Abilitysport Games (WAG) 2023 di Nakhon Ratchasima, Thailand, adalah sebuah bukti bahwa atlet difabel juga tidak kalah dengan atlet pada umumnya yang berprestasi mengharumkan Indonesia di kancah dunia.
Indonesia baru meraih prestasi gemilang di WAG 2023 karena menempati peringkat kedua dalam klasemen akhir dengan meraih 39 emas, 19 perak, dan 6 perunggu. Posisi Merah Putih berada di bawah tuan rumah Thailand yang keluar sebagai juara umum dengan koleksi 129 emas, 112 perak, dan 116 perunggu.
Perolehan medali dari delapan cabang olahraga yang diikuti itu jauh melampaui target yang dicanangkan sebelumnya yang hanya mematok tiga emas dan delapan perunggu.
"Hal ini (prestasi) sekaligus mengubah pola penanganan disabilitas yang tadinya bersifat charity atau menengadah tangan dan diberi sesuatu, sekarang diberi sesuatu yang lebih bermartabat yaitu kesempatan dimana kami menunjukkan bahwa kami juga berpotensi," kata Sukanti yang mewakili Ketua Umum NPC Indonesia Senny Marbun dalam pidatonya selepas mendarat di Indonesia, tepatnya di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Sabtu malam.
"Itu sesuai tagline yang kami angkat pada waktu kami menjadi tuan rumah ASEAN Para Games di Solo (2022) beberapa waktu lalu, yaitu striving for equality, kita berjuang keras untuk meraih kesetaraan. Jadi tidak ada lagi tangan menengadah yang ada hanya tangan terkepal dan diangkat. Inilah kami atlet para disabilitas, sama dengan atlet lain dalam mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia," tambahnya.
Kesuksesan di WAG 2023 menambah catatan apik para atlet Indonesia di kancah internasional setelah sebelumnya menjadi juara umum ASEAN Para Games 2023 Kamboja dengan 128 emas, 112 perak, dan 72 perunggu dan juga menempati peringkat keenam di Asian Para Games 2023 China.
Menurut Sukanti, prestasi yang disumbangkan para atlet Indonesia tidak lepas dari dukungan penuh yang diberikan pemerintah.
"Ini adalah buah dari perhatian pemerintah kepada kami, munculnya bibit-bibit baru. Jadi anak-anak disabilitas tidak disembunyikan, sekarang mereka bisa kiprah kemana-kemana," ucap Sukanti.
Dalam kesempatan yang sama, Sukanti mengatakan kejuaraan yang diprakarsai oleh International Wheelchair and Amputee Sports Federation (IWAS) itu menjadi ajang pemanasan para atletnya sebelum terjun di Paralimpiade Paris 2024 mendatang, mengingat ajang yang diselenggarakan pertama kalinya itu diikuti sebanyak 49 negara dari seluruh dunia.
"Ada 49 negara, kita bisa melihat seperti apa kekuatan mereka, karena tahun depan kita akan mengikuti Paralympic di Paris. Jadi sedikit banyak kita bisa mengira-ngira peta kekuatan kita dan lawan-lawan kita," ujarnya.
Baca juga: ASEAN Para Games bukti Indonesia peduli atlet difabel
Baca juga: Atletik NPC Indonesia tambah tiga perak di APG
Lebih lanjut, Sukanti juga memetik pelajaran dari kejuaraan yang diselenggarakan pada 1-9 Desember itu untuk kemudian kekurangan-kekurangan yang ia temukan pada edisi pertama di Thailand tidak terjadi apabila Indonesia di kemudian hari menjadi tuan rumah.
"Kemarin kami melihat banyak kekurangan dari panitia dan kami bisa catat itu sehingga pada saatnya ketika nanti ingin menjadi tuan rumah kami dapat membuka lembar catatan kami, sehingga kekurangan yang ada di Thailand, tidak terulang lagi di Indonesia," katanya.