Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada Senin, ditutup merosot menjadi Rp15.742 per dolar AS akibat kenaikan inflasi di Indonesia.
Pada akhir perdagangan Senin, rupiah melemah 38 poin atau 0,24 persen menjadi Rp15.742 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.704 per dolar AS.
"Kinerja rupiah bergerak melemah dampak dari rilis data dalam negeri akhir pekan lalu," kata analis ICDX Taufan Dimas Hareva kepada ANTARA di Jakarta, Senin.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi yang mengalami kenaikan di atas ekspektasi pasar yakni sebesar 2,75 persen year on year (yoy), akan tetapi masih dalam rentang target pemerintah 1,5-3,5 persen.
Taufan menuturkan inflasi pada Februari 2024 itu disebabkan oleh kelompok bahan makanan, antara lain beras, cabai merah, daging ayam, tomat, dan bawang putih, serta gula pasir.
Di luar makanan dan minuman, emas perhiasan, angkutan udara dan kontrak rumah rumah turut memberikan andil signifikan.
Namun, adanya katalis positif dari Amerika Serikat (AS) memberikan optimisme untuk penguatan rupiah, yang bersumber dari pergerakan dolar AS yang melemah pascarilis angka PMI Manufaktur ISM yang mengecewakan.
Data yang dirilis dari Institute for Supply Management (ISM) pada Jumat menunjukkan bahwa PMI Manufaktur AS turun menjadi 47,8 pada bulan Februari dari 49,1 pada pembacaan sebelumnya.
Angka tersebut mencatatkan angka 16 bulan berturut-turut yang tetap berada di bawah 50, yang mengindikasikan adanya kontraksi di sektor manufaktur.
Rilis data PMI Manufaktur yang suram memberikan tekanan pada dolar AS ke level 103,80 dan ke depannya akan dapat memberikan angin segar pada kinerja rupiah.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin tergelincir ke level Rp15.723 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.696 per dolar AS.
Baca juga: Nilai tukar rupiah hari ini melemah
"Kinerja rupiah bergerak melemah dampak dari rilis data dalam negeri akhir pekan lalu," kata analis ICDX Taufan Dimas Hareva kepada ANTARA di Jakarta, Senin.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi yang mengalami kenaikan di atas ekspektasi pasar yakni sebesar 2,75 persen year on year (yoy), akan tetapi masih dalam rentang target pemerintah 1,5-3,5 persen.
Taufan menuturkan inflasi pada Februari 2024 itu disebabkan oleh kelompok bahan makanan, antara lain beras, cabai merah, daging ayam, tomat, dan bawang putih, serta gula pasir.
Di luar makanan dan minuman, emas perhiasan, angkutan udara dan kontrak rumah rumah turut memberikan andil signifikan.
Namun, adanya katalis positif dari Amerika Serikat (AS) memberikan optimisme untuk penguatan rupiah, yang bersumber dari pergerakan dolar AS yang melemah pascarilis angka PMI Manufaktur ISM yang mengecewakan.
Data yang dirilis dari Institute for Supply Management (ISM) pada Jumat menunjukkan bahwa PMI Manufaktur AS turun menjadi 47,8 pada bulan Februari dari 49,1 pada pembacaan sebelumnya.
Angka tersebut mencatatkan angka 16 bulan berturut-turut yang tetap berada di bawah 50, yang mengindikasikan adanya kontraksi di sektor manufaktur.
Rilis data PMI Manufaktur yang suram memberikan tekanan pada dolar AS ke level 103,80 dan ke depannya akan dapat memberikan angin segar pada kinerja rupiah.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin tergelincir ke level Rp15.723 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.696 per dolar AS.
Baca juga: Nilai tukar rupiah hari ini melemah