Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), pamerkan inovasi pengolahan sampah terintegrasi Ibu Harum (Integrasi Budidaya Perkotaan Hanya di Rumah) dalam kegiatan Teknologi Tepat Guna Nusantara (TTGN) XXV di Mataram.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Kota Mataram H Mansur di Mataram, Selasa, mengatakan inovasi "bu Harum ini merupakan inovasi pengolahan sampah terintegrasi dengan pemenuhan kebutuhan keluarga.
"Dengan memiliki wadah atau alat yang diciptakan masyarakat di Kecamatan Selaparang itu dapat mengintegrasikan semua kebutuhan dalam satu keluarga," katanya.
Dalam alat yang dipamerkan di TTGN yang berlangsung 14-17 Juli 2024 di Islamic Center Mataram, katanya, ada wadah untuk maggot untuk mengurai sampah rumah tangga. Hasil maggot bisa untuk pakan ternak baik itu unggas maupun ikan yang halaman rumah.
Sementara sisa dari sampah organik yang tidak bisa terurai atau bekas maggot bisa menjadi pupuk untuk tanaman sayuran yang ada di halaman rumah warga.
"Tanaman sayuran ini tentu dapat memenuhi kebutuhan minimal bagi keluarga yang menerapkan Ibu Harum, sehingga dapat menekan pengeluaran keluarga," katanya.
Lebih jauh Mansur mengatakan inovasi Ibu Harum ini merupakan salah satu inovasi dari Kecamatan Selaparang, yang terhimpun dalam Pos Pelayanan Teknologi (Posyantek) Selaparang dan sudah berhasil menjadi juara 1 tingkat Provinsi NTB serta menjadi wakil Provinsi NTB ke TTGN tingkat nasional.
Dikatakan, inovasi-inovasi yang lahir dari masyarakat di Kota Mataram cukup banyak, namun tidak bisa dipamerkan semua di TTGN karena keterbatasan lahan. Kendati demikian berbagai inovasi dari masyarakat itu ditampilkan dalam bentuk brosur, foto, dan video.
"Kalau ada pengunjung yang tertarik petugas siap memberikan informasi yang dibutuhkan," katanya.
Mansur menyebutkan salah satu inovasi teknologi unggulan yang diciptakan masyarakat Kecamatan Selaparang adalah alat atau mesin pembuat tusuk sate. Dengan melihat potensi kuliner Sate Rembiga yang populer, warga sekitar berinisiatif menciptakan mesin pembuat tusuk sate, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pedagang Sate Rembige di kota itu.
"Kita tidak punya pohon bambu dan kelapa untuk buat tusuk sate, tapi kita ada alatnya. Jadi bambu didatangkan dari luar kota, kemudian diproses dengan mesin yang diciptakan warga," katanya.
Hingga saat ini inovasi warga membuat tusuk sate itu semakin sempurna dengan hasil yang memuaskan, sehingga mereka kini bisa memproduksi tusuk sate dalam jumlah banyak dan sudah menjadi ladang usaha menjanjikan.
"Inovasi-inovasi yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat dengan biaya murah inilah yang kita himpun di Posyantek untuk dikembangkan," katanya.