Jakarta (ANTARA) - PT PLN (Persero) membutuhkan investasi lebih dari 700 miliar dolar AS atau sekitar Rp11,32 kuadriliun untuk mencapai emisi nol bersih (NZE) pada 2060.
Executive Vice President Perencanaan Sistem Ketenagalistrikan PLN, Warsono, dalam sebuah webinar di Jakarta, Selasa, mengatakan bahwa saat ini PLN memiliki 73 GW pembangkit listrik, dengan mayoritas masih menggunakan batu bara.
Untuk mencapai emisi nol bersih, PLN secara bertahap akan menggantikan energi batu bara dengan energi baru terbarukan (EBT), seperti energi surya, air, biomassa, dan hidrogen.
“Ammonia untuk menggantikan batu bara atau pengembangan nuklir ke depan juga bisa jadi opsi,” kata Warsono.
Strategi PLN untuk mencapai NZE 2060 tersebut terbagi menjadi beberapa tahap.
Baca juga: Indonesia membutuhkan investasi untuk wujudkan emisi nol bersih tahun 2060
Untuk jangka pendek terdiri dari pengembangan energi terbarukan termasuk memanfaatkan gas sebagai energi penyangga untuk energi terbarukan yang nantinya akan diubah menjadi hidrogen, pensiun dini PLTU batu bara, co-firing biomassa, batu bara bersih.
Untuk jangka panjang, PLN akan melakukan peningkatan terus menerus pemanfaatan energi terbarukan, penggunaan baterai penyimpanan dan interkoneksi listrik, co-firing hidrogen, penggunaan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS), dan melanjutkan pensiun dini PLTU batu bara.
Pengembangan teknologi dan ekosistem pendukung juga dibutuhkan untuk mencapai NZE, seperti membangun infrastruktur untuk mendukung penggunaan kendaraan listrik, pemasangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap, dan skema perdagangan emisi (emissions trading scheme).
Baca juga: PLN dan mitra konversi motor listrik mendukung emisi nol bersih
PLN menargetkan total tambahan kapasitas pembangkit hingga tahun 2033 adalah 47 GW dengan porsi pembangkit EBT sebesar 20,923 GW atau 51,6 persen dan porsi pembangkit fosil sebesar 19,562 GW atau 48,4 persen.
Sementara itu, total tambahan kapasitas pembangkit hingga 2040 adalah 86 GW, dengan rasio 75 persen berasal dari pembangkit EBT dan 25 persen dari pembangkit berbasis gas.
Berdasarkan data Dewan Energi Nasional (DEN), persentase bauran energi pada 2023 masih didominasi batu bara (40,46%), minyak bumi (30,18%), gas bumi (16,28%), sedangkan EBT 13,09 persen.
Persentase bauran EBT meningkat 0,79 persen sehingga menjadi 13,09 persen pada 2023. Namun, realisasi tersebut masih di bawah target yang ditetapkan sebesar 17,87 persen.
Pemerintah menargetkan bauran energi terbarukan mencapai 17 hingga 19 persen pada 2025, 25-26 persen pada 2030, 38-41 persen pada 2040, dan 70-72 persen pada 2060.
Baca juga: AS sebut transisi energi butuh dana triliunan rupiah setiap tahun
Baca juga: NTB tanda tangan kerja sama lingkungan dengan Notthingham University