Cerita anak-anak Kei Besar melabuhkan mimpi di kapal perang

id Kapal perang,KRI Teluk Weda 526,Mensos Risma,Kei Besar,Literasi Oleh Lintang Budiyanti Prameswari

Cerita anak-anak Kei Besar melabuhkan mimpi di kapal perang

Mensos Risma memberikan hadiah Al Quran kepada siswa kelas enam asal SD Negeri Inpres Ditraherang, Kecamatan Kei Besar, Maluku Tenggara, Fikram Rokubun saat meresmikan perpustakaan digital pertama di kapal perang Republik Indonesia (KRI) Teluk Weda 526 pada Rabu (24/7/2024). (ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari)

Kei Besar, Maluku (ANTARA) - "Cita-cita saya jadi ustadz," ujar seorang siswa kelas enam asal SD Negeri Inpres Ditraherang, Kecamatan Kei Besar, Maluku Tenggara, Fikram Rokubun, usai membaca puisi di atas Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Teluk Weda 526.

Sore itu, Fikram menjadi salah satu anak yang berhasil mendapatkan hadiah dari Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini, karena sudah berani maju ke depan untuk membaca puisi.

Ketika diberi hadiah alat tulis dan pensil warna, Fikram menolak halus pemberian Mensos.

"Saya tidak suka menggambar, saya mau Al Quran," ucapnya, tegas.

Keberuntungan berpihak pada Fikram hari itu. Komandan KRI Teluk Weda, Letkol Laut (P) Ricky Tacoma dengan sigap mengambil stok kitab suci Al Quran bersampul hijau yang ada di dalam perpustakaannya. Al Quran itu dipegang erat-erat oleh Fikram, layaknya ia menggenggam mimpinya menjadi seorang tokoh agama.

Sore itu, diiringi gerimis yang sebentar-sebentar datang, lalu sebentar kemudian hilang, KRI Teluk Weda 526 menjadi saksi 250-an siswa SD hingga SMA bernyanyi, membaca puisi, dan bersuka ria bersama untuk merayakan Hari Anak Nasional.

Antusias anak-anak yang sangat tinggi membuat tangga yang dibentangkan dari kapal ke dermaga berdesakan. Sambil menaiki tangga, anak-anak SD terdengar melantunkan lagu-lagu daerah yang sudah beberapa hari dihafalkan untuk menyambut kedatangan Mensos yang berlayar selama kurang lebih 30 jam dari Kota Ambon menuju Pulau Kei Besar, dengan KRI Teluk Weda 526.

Hari itu, Rabu (24/7) Risma meluncurkan perpustakaan digital pertama milik Tanah Air di KRI Teluk Weda 526. Ada ratusan judul yang tersedia di kapal tersebut, juga buku-buku fisik berjumlah ribuan yang telah didistribusikan kepada anak-anak di Indonesia bagian Timur, termasuk Papua dan Kei Besar.

Indonesia menjadi perhatian terkait masalah indeks literasi. Kemensos menjambatani hal itu melaui distribusi buku yang merata, utamanya di wilayah terpencil, terdepan, dan terluar (3T).

Pemerintah tentu tidak tinggal diam mengatasi hal ini. Program Perpustakaan Nasional misalnya, yang berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan membangun ruang baca di 10.000 desa dan taman bacaan masyarakat (TBM) dengan dukungan 1.000 judul buku bacaan untuk masing-masing ruang baca.

KRI Teluk Weda 526 tentu menjadi salah satu yang mewujudkan distribusi buku pada 10.000 desa tersebut, mengingat di wilayah-wilayah 3T, akses melalui darat dan udara masih sulit dijangkau.
Komandan KRI Teluk Weda 526, Letkol Laut (P) Ricky Tacoma (depan, paling kanan) berbincang dengan anak-anak di atas perpustakaan apung yang diinisiasi olehnya. (ANTARA/HO-KRI Teluk Weda 526)

Kapal perang perpustakaan apung pertama kali diluncurkan pada Bulan Mei 2023. Atas inovasi dari Letkol Ricky, KRI Teluk Weda 526 berhasil menerima anugerah Soedirman Awards.

Meningkatkan budaya baca di negeri ini memang masih perlu diperjuangkan, tetapi hari itu, anak-anak Kei Besar mendapatkan harapan baru, setidaknya bagi Fikram yang sehari-harinya juga senang membantu orang tuanya menjaring ikan untuk menyambung hidup.

Anak laki-laki itu terlihat sangat senang dan bahagia. Ia bertekad Al Quran yang diterimanya akan dipakai untuk belajar. Karena dia sudah tamat Al Quran berulang-ulang, Al Quran itu akan digunakan untuk belajar bersama teman-temannya.


Harapan baru

Hari itu, tidak hanya Fikram yang berbahagia. Seorang Kepala Sekolah SMP Yos Sudarso Waur, Kecamatan Kei Besar, Maluku Tenggara, Pia Ngutra, juga sangat bersyukur sekolahnya mendapatkan peralatan komputer baru.

Sebelum mendapatkan komputer, Pia mengaku fasilitas untuk operasional kegiatan belajar mengajar di sekolahnya memang sudah cukup, tetapi terkadang masih mengalami gangguan, sehingga bantuan yang diberikan oleh Kemensos bisa cukup membantu untuk asesmen nasional yang akan diikuti oleh sekolahnya.
 
Hari itu, ia membawa 10 siswa dan dua guru untuk ikut merayakan peresmian perpustakaan digital pertama di atas kapal perang.

Mereka menyanyi, berpantun, dan bermain ukulele. Pia dan para guru serta siswa terlihat senang mendapat bantuan ini dari Kemensos yang bisa dimanfaatkan untuk belajar bagi guru dan siswa.

Di momen Hari Anak Nasional, menjadi penyemangat bagi para siswa di Kei Besar untuk tidak putus semangat dalam berjuang untuk masa depannya sendiri dan tumbuh menjadi orang-orang yang dapat bersaing di tingkat nasional, bahkan dunia.

Melalui bantuan pembelajaran yang diberikan Kemensos, anak-anak di Kei Besar dapat mewujudkan cita-citanya dan bersaing dengan anak-anak dari seluruh Indonesia, bahkan dunia.
Pesan Mensos

Pada kesempatan itu, Risma menyemangati para siswa dengan bercerita mengenai masal kecilnya. Di masa kecilnya, Risma mengaku menjadi anak yang nakal dan senang beraktivitas fisik di luar. Selain itu, ia juga senang membaca komik.

Kala itu, televisi masih tergolong barang mewah, hanya ada satu televisi di rumah bapaknya untuk ditonton bersama anak-anak lain di kampung halamannya. Kala itu, belum ada gawai dan televisi hanya dimiliki keluarga tertentu.

Risma berpesan agar anak-anak di usia sekolah dapat mengoptimalkan kondisi fisiknya untuk beraktivitas agar ketika dewasa tidak mudah lelah dan sakit-sakitan.

Bagi dia, perang sesungguhnya terjadi saat selesai sekolah atau kuliah, di mana yang diuji bukan hanya ketangguhan intelektual, melainkan juga ketangguhan fisik.

Karena itu, sikap inovatif sangat penting, termasuk bagi anak-anak agar mau mengeksplorasi alam, karena ketika berada di alam, ada banyak masalah yang harus diselesaikan, saat itu juga. Bersahabat dengan alam dapat melatih kemampuan untuk berpikir taktis saat menghadapi masalah.

Risma berkisah menganai novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, misalnya, saat seorang tokoh bernama Lintang harus melewati sarang buaya untuk bisa bersekolah.

Melalui KRI Teluk Weda 526, ungkapan buku adalah jendela dunia rasanya menjadi valid. Kini, kapal perang bisa mendistribusikan buku-buku ke wilayah 3T, membuka jendela bagi mimpi-mimpi anak-anak itu lewat buku dan melabuhkan harapan mereka untuk sukses di masa depan dengan membaca.

Melalui bakti sosial yang dihadiri langsung oleh Mensos Risma, anak-anak Kei Besar juga punya harapan baru, bahwa tinggal di tempat yang terluar bukanlah halangan bagi mereka untuk berprestasi dan mewujudkan cita-cita.