BWS: Pembangunan Bendungan Meninting Lombok Capai 86 Persen

id BWS,Tanah Clay Mengandung Kaolin,Lombok Barat,Terkendala Cuaca

BWS: Pembangunan Bendungan Meninting Lombok Capai 86 Persen

Foto udara proyek pembangunan Bendungan Meninting, di Desa Bukit Tinggi, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB. (ANTARA/Ahmad Subaidi)

Mataram (ANTARA) - Balai Wilayah Sungai (BWS) Nusa Tenggara I memastikan bahwa proses pembangunan Bendungan Meninting, di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, sudah mencapai 86 persen dan ditargetkan rampung pada Oktober 2024.

"Progres sudah mencapai 86 persen, tinggal 14 persen pengerjaan penyelesaian di tubuh bendungan," kata Kepala BWS Nusa Tenggara I, Tampang, di Mataram, Senin.

Sebelumnya proyek pembangunan Bendungan Meninting ditargetkan selesai pada Agustus 2024. Namun, kata Tampang, target tersebut mundur hingga akhir Oktober 2024.

Hal itu disebabkan karena kondisi cuaca yang tidak menentu, yakni berupa hujan deras di area pembangunan bendungan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.

"Kalau kita lihat informasi BMKG harusnya sekarang kemarau. Biasanya bulan 11 mulai hujan. Kalau tidak ada hujan, Oktober kami yakin selesai. Tapi kalau cuaca seperti ini, bisa molor sampai akhir tahun," ujarnya.

Ia menegaskan bahwa dalam proses pembangunan bendungan tidak boleh ada kesalahan sekecil apa pun. Sebab bendungan berisiko tinggi dan menyangkut nyawa manusia.

"Tidak ada mahluk pun tetap tidak boleh ada kesalahan. Apalagi ada mahluk, jadi tidak ada toleransi kesalahan sama sekali," ujarnya.

Ia menyebutkan tanah di lokasi pembangunan Bendungan Meninting jenis clay yang mengandung unsur mineral jenis kaolin yang mencapai 60 persen. Artinya, dalam satu meter kubik tanah, kandungan kaolin sebesar 60 persen.

Jenis tanah clay yang mengandung mineral kaolin sifatnya mampu menahan air lebih lama dibanding tanah liat yang tidak mengandung kaolin.

"Itu lah yang menjadi salah satu kendala kami dalam proses pembangunan Bendungan Meninting. Setengah hari saja hujan, maka kami tidak bisa bekerja karena jenis tanahnya clay mengandung kaolin. Ini yang harus dipahami oleh masyarakat, jangan dikira hanya menimbun biasa," ucapnya.

Berbagai upaya dilakukan BWS Nusa Tenggara I untuk mengatasi kendala cuaca. Di antaranya, sebut Tampang, melakukan percobaan menggunakan terpal untuk menutupi tanah galian dari lokasi genangan air yang akan dipakai membentuk dinding bendungan.

Namun percobaan tersebut tidak dinilai tidak efektif karena membutuhkan ukuran terpal yang relatif panjang dan lebar untuk menutupi permukaan tanah.

Percobaan kedua menggunakan lampu laser tapi pengaruhnya kecil untuk mengeringkan tanah atau penguapan.

Tampang menambahkan percobaan ketiga dilakukan dengan cara menggeser awan tipis menggunakan lampu laser. Tujuannya agar hujan tidak jatuh di area proyek pembangunan bendungan. Namun, upaya tersebut juga masih kurang efektif.

Baca juga: Kebutuhan air baku di IKN disuplai hingga satu dekade
Baca juga: Bendungan Cipanas tingkatkan produktivitas pertanian


Percobaan terakhir dengan cara menggunakan blower yang mengeluarkan panas hingga 150 derajat celcius. Percobaan ini relatif bagus untuk mengeringkan tanah meskipun hanya di bagian di atas, sehingga harus ada proses pengadukan.

"Kalau menggunakan blower dirasa signifikan terpaksa kami beli blower sebanyak banyaknya agar target tercapai, kalau sekarang masih pakai enam unit dulu," kata Tampang.