Pemkot Mataram revisi usulan anggaran TPST Kebon Talo jadi Rp100 miliar

id Dinas Lingkungan Hidup,Kota Mataram,TPST Kebon Talo Ampenan

Pemkot Mataram revisi usulan anggaran TPST Kebon Talo jadi Rp100 miliar

Kepala DLH Kota Mataram Nizar Denny Cahyadi. (ANTARA/Nirkomala)

Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat melakukan revisi terhadap usulan anggaran pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Kebon Talo, Ampenan dari Rp80 miliar menjadi Rp100 miliar.

"Usulan anggaran itu, kita revisi karena akan ada tambahan luas dan kapasitas TPST Kebon Talo," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram Nizar Denny Cahyadi di Mataram, Jumat.

Revisi tersebut, katanya, juga sesuai masukan dari hasil survei yang telah dilakukan Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR akhir Juli 2024.

Dengan tambahan anggaran Rp100 miliar untuk pembangunan TPST Kebon Talo itu, kapasitas TPST akan ditambah dari rencana 100 ton per hari menjadi 120 ton per hari.

"Untuk luas lahan yang sudah kita siapkan sekitar satu hektare. Jika pemerintah pusat mau menambah luas, kita siap," katanya.

Baca juga: TPST modern Mataram mampu kelola 46 ton sampah dengan residu 9 ton

Pembangunan fisik TPST Kebon Talo, katanya, direncanakan pada awal 2025, karena saat ini masih proses verifikasi kelengkapan dokumen di pemerintah pusat.

Untuk pembangunan TPST Kebon Talo tersebut, Pemerintah Kota Mataram akan menerima bantuan berupa barang jadi seperti halnya di TPST modern Sandubaya.

"Barang jadi yang dimaksudkan, seperti gedung TPST modern termasuk peralatan pengolahan sampah. Seperti halnya pembangunan TPST modern Sandubaya," katanya.

Dalam konsepnya, TPST Kebon Talo Ampenan akan menggunakan teknologi insinerator atau sistem pembakaran ramah lingkungan.

"Teknologi insinerator merupakan salah satu alat pemusnah sampah yang dilakukan melalui pembakaran pada suhu tinggi," katanya.

Baca juga: 650 ton sampah di TPST Mataram ditargetkan tuntas terangkut ke TPA

Teknologi insinerator yang akan diterapkan ini dapat mengubah panas dari hasil pembakaran yang sudah diubah menjadi uap air dimanfaatkan untuk dikonversikan ke tenaga listrik.

Dengan demikian, hasil pengolahan sampah di TPST Sandubaya dengan TPST Kebon Talo nantinya akan berbeda.

"Kalau TPST Sandubaya hasil pengolahan sampah berbentuk padat seperti pakan maggot, dan batako, kalau di TPST Kebon Talo berupa uap cair," katanya.

Dia mengatakan volume sampah di Kota Mataram saat ini tercatat sekitar 250-260 ton per hari, namun yang bisa tertangani sekitar 200 ton per hari.

Jika melihat kapasitas maksimal dua TPST, yakni Sandubaya dan Kebon Talo (jika sudah dibangun) mencapai 170 ton per hari, maka sampah yang akan dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) hanya residu yang sudah tidak bisa diolah atau dimanfaatkan.

"Kalau dua TPST kita beroperasi, sehari maksimal kita buang sampah ke TPA sekitar 50 ton," katanya.

Baca juga: Presiden Jokowi dijadwalkan resmikan TPST modern di Mataram
Baca juga: DLH Mataram: Sampah MXGP 2024 diarahkan ke TPST modern