Pegiat lingkungan tanam bibit pohon di Lombok

id pegiat lingkungan,tanam bibit pohon,Lombok

Pegiat lingkungan tanam bibit pohon di Lombok

Ketua Matakali, Abdullah Al Kaff di sela-sela penanaman pohon di kawasan Bukit Tinggi, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, Rabu. (Foto Ist).

Kegiatan ini kami lakukan untuk merespons Hari Tanam Pohon Dunia yang jatuh 21 November, temanya gerakan tanam kembali
Lombok Barat (Antaranews NTB) - Sejumlah komunitas dan pegiat lingkungan di Nusa Tenggara Barat (NTB) melakukan gerakan sebar dan tanam ratusan bibit pohon di sejumlah lokasi di Pulau Lombok, terutama di daerah terdampak gempa bumi.

"Kegiatan ini kami lakukan untuk merespons Hari Tanam Pohon Dunia yang jatuh 21 November, temanya gerakan tanam kembali," kata Ketua Matakali, Abdullah Al Kaff di sela-sela penanaman pohon di kawasan Bukit Tinggi, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, Rabu.

Ia menilai, NTB bangkit pascabencana gempa bumi, jangan sekadar jargon. Tapi butuh aksi kongkrit dan dan ditunjukkan dalam kerja nyata.

Sehingga hal itu yang menjadi gagasan komunitas pegiat lingkungan, Matakali bersama komunitas lain, Trash Bag Community melakukan penanaman pohon untuk menginspirasi masyarakat Lombok, NTB.

Bersama beberapa anggota komunitas Matakali, Apink -sapaan akrab Abdullah- menyiapkan bibit pohon. Jenisnya beragam, seperti Gaharu, Mahoni, Sengon, dan Duren.

Bibit itu kemudian disebar untuk masyarakat, dan sebagian lainnya ditanam langsung di lokasi-lokasi lingkar hutan.

"Ini hanya langkah awal kita untuk berusaha menjaga keseimbangan ekosistem," ujarnya.

Selain untuk mendukung Hari Tanam Pohon Dunia, kegiatan yang dilakukan juga untuk mengantisipasi bencana lain, yang bisa saja muncul pascabencana gempa bumi di Lombok.

Sebab, pascagempa bumi Juli-Agustus 2018, banyak sekali masyarakat yang memanfaat kayu secara berlebihan untuk membangun hunian.

"Tempat pemotongan kayu (sawmil) tumbuh bak jamur di musim hujan," sebutnya.

Menurutnya, pemanfaatan kayu untuk pembangunan hunian sementara masyarakat korban gempa memang menjadi pilihan paling mudah dan cepat bagi masyarakat, di saat musim hujan mulai mengancam.

Misalnya saja di kawasan Desa Penimbung, Bukit Tinggi, Mekarsari, dan sejumlah perkampungan di lereng perbukitan di Gunungsari, Lombok Barat.

Pihaknya mencatat, tingginya kebutuhan kayu sebagai bahan bangunan pasca gempa bumi, tidak hanya membuat pohon kebun yang dibabat dan diproduksi menjadi kayu, tapi penjarahan kawasan hutan pun mulai terjadi.

"Kalau ini terus berlanjut, maka ancaman tanah longsor dan banjir pasti mengancam. Bisa jadi bencana pasca bencana. Sehingga dengan kegiatan (tanam pohon) ini kami ingin menyampaikan pesan agar semua masyarakat ikut berpartisipasi menjaga keseimbangan alam," jelasnya.

Apink mengatakan, kegiatan kecil yang dilakukannya bersama komunitas lingkungan mungkin tidak sanggup menghalau bencana yang akan datang. "Tapi, setidaknya hal itu bisa meminimalisir dampak bencana nantinya. (*)