Jakarta (ANTARA) - Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong memperkirakan nilai tukar (kurs) rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah Federal Reserve (The Fed) memberikan pernyataan yang condong hawkish dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) tadi malam.
“Rupiah diperkirakan akan dibuka melemah terhadap dolar AS setelah dalam pertemuan FOMC semalam, The Fed memberikan pernyataan yang condong hawkish akan inflasi yang masih tinggi. The Fed juga mengatakan mereka tidak akan buru-buru menurunkan suku bunga” ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Kurs rupiah dapat sentimen positif berkat likuiditas perekonomian tumbuh
Selain itu, tenaga kerja AS yang masih kuat dan kebijakan Presiden AS Donald Trump terkait imigrasi dan tarif juga mendorong pelemahan kurs rupiah.
Walaupun dua kebijakan Trump itu masih dipenuhi ketidakpastian, lanjutnya, tetapi diperkirakan akan tetap sesuai rencana walaupun kemungkinan takkan seagresif ketika kampanye.
Baca juga: Kurs rupiah hari Kamis pagi melemah jadi Rp16.234 per dolar AS
Untuk ekonomi AS sendiri, tercatat Produk Domestik Bruto (PDB) tahunan tumbuh 3,1 persen di kuartal IV-2024, inflasi inti 2,8 persen, inflasi umum 2,2 persen, dan pengangguran 4,1 persen.
“Range (kurs rupiah diperkirakan) Rp16.200-Rp16.300 per dolar AS,” ungkap Aris.
Nilai tukar rupiah (kurs) pada pembukaan perdagangan hari Kamis di Jakarta melemah hingga 13 poin atau 0,08 persen menjadi Rp16.234 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.221 per dolar AS.