Surabaya (ANTARA) - Kebanggaan membuncah dirasakan keluarga besar Universitas Airlangga (Unair), khususnya para alumnus Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) angkatan 1985. Dalam pemeringkatan QS World University Rankings (QS WUR), Unair berhasil menembus peringkat 287 dunia.
Bagi alumni angkatan 1985, pencapaian tersebut memiliki arti yang lebih istimewa. Sebab, Rektor Unair yang mampu mencapai prestasi istimewa itu adalah Prof. Dr. Mohammad Nasih SE MT Ak yang merupakan bagian dari FEB angkatan 1985. Prof Nasih telah mengemban amanah sebagai rektor selama dua periode yakni 2015-2020 dan 2020-2025.
“Ini bukan hanya pencapaian Unair, tetapi juga kebanggaan luar biasa bagi kami, para alumnus angkatan 85. Prof Nasih telah membawa nama baik kampus ke panggung global. Beliau bukan sekadar akademisi, tapi pemimpin yang membawa transformasi nyata,” ujar Rahmat Muhammadiyah, akrab disapa Cak Yeni, Ketua Angkatan FEB Unair 1985 seumur hidup.
Cak Yeni menyebut, Prof Nasih sebagai sosok visioner yang berhasil menjadikan Unair sebagai perguruan tinggi dengan reputasi akademik dan integritas kelembagaan yang kuat. “Dalam dunia pendidikan tinggi, naik peringkat bukan soal keberuntungan, tapi soal arah, strategi, dan eksekusi. Dan Prof Nasih telah membuktikan semua itu,” tegasnya.
Menurut dia, perjalanan Unair menuju jajaran perguruan tinggi top dunia bukanlah cerita yang terjadi dalam semalam. Progresnya terbentuk secara bertahap, konsisten, dan berkelanjutan selama hampir satu dekade terakhir.
Baca juga: Prof Muhammad Madyan terpilih jadi Rektor Universitas Airlangga
Pada tahun 2019, Unair masih berada pada rentang peringkat 751–800 duni. Sebuah posisi yang menggambarkan awal dari upaya pembenahan menyeluruh di segala lini akademik dan tata kelola.
Setahun berikutnya, pada 2020, Unair berhasil naik ke posisi 651–700. Kenaikan ini menjadi sinyal awal bahwa strategi transformasi kampus mulai menunjukkan hasil. Tak berhenti di situ, tahun 2021 menjadi titik lonjakan signifikan saat Unair menembus posisi 521–530 dunia.
Peningkatan semakin terasa pada 2022 ketika Unair melesat ke peringkat 465, disusul oleh pencapaian peringkat 369 pada tahun 2023. Dengan posisi tersebut, Unair untuk pertama kalinya menembus 400 besar universitas terbaik dunia, sebuah tonggak sejarah dalam peta pendidikan tinggi nasional.
Pada 2024, langkah progresif ini terus berlanjut dengan Unair menempati posisi ke-345, lalu meningkat lagi ke peringkat 308. Dan puncaknya pada saat ini di masa Prof Nasih mengakhir masa jabatannya, Unair resmi mencatatkan prestasi gemilang dengan menembus jajaran 300 besar dunia, tepatnya di peringkat 287. Sebuah lompatan luar biasa dari posisi tujuh ratusan hanya dalam kurun waktu delapan tahun.
Sekretaris Jenderal Angkatan 1985 seumur hidup, Arief Soekamto mengatakan, peningkatan rangking ini menandai keberhasilan Unair dalam melakukan transformasi menyeluruh di bidang tata kelola akademik, penelitian, serta jejaring internasional.
Baca juga: Romiana, Mahasiswi Unair Surabaya lulus 1,5 tahun dengan IPK 4,00
Dalam QS WUR 2026, katanya, Unair mampu mencatatkan performa terbaik pada tiga indikator utama, yang seluruhnya menempati posisi kedua nasional. Yakni employer reputation, yang menunjukkan lulusan Unair sangat diminati di dunia kerja.
Lalu faculty student rasio, yang mencerminkan kualitas pembelajaran yang terjaga melalui rasio dosen dan mahasiswa yang seimbang. Kemudian international research network, yang menunjukkan peran aktif Unair dalam kolaborasi riset global lintas institusi.
“Ketiga pilar ini menegaskan bahwa Unair telah melangkah jauh sebagai institusi pendidikan yang mampu bersaing dalam ekosistem global,” kata Arief.
Di bawah kepemimpinan Prof Nasih, lanjutnya, Unair juga meluncurkan gerakan "UNAIR HEBAT" yang merupakan akronim dari nilai-nilai kepemimpinan dan institusional: Humble, Excellent, Brave, Agile, dan Transcendent.
Baca juga: Unair gelar pelatihan penyusunan Peraturan Desa Tentang Perlindungan Migran di Arjowilangun
Sejumlah program strategis turut mendukung keberhasilan tersebut, di antaranya Smartversitas: Digitalisasi sistem manajemen dan layanan kampus. Zona Integritas: Membangun budaya birokrasi yang bersih dan akuntabel. Kampus Berdampak: Komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan dan kontribusi sosial
“Semua inisiatif tersebut telah memperkuat posisi UNAIR sebagai perguruan tinggi berkelas dunia dengan ciri khas moralitas dan keunggulan lokal,” ungkapnya.
Tak lupa, Arief atas nama angkatan 1985 juga menyampaikan selamat dan sukses kepada Prof Dr Muhammad Madyan SE MSi MFin, atas terpilihnya sebagai Rektor Unair periode 2025–2030, menggantikan Prof Nasih. Penetapan Prof Madyan sebagai rektor baru juga disambut hangat alumnus FEB Unair, karena dia juga alumnus FEB Unair angkatan 1992.
Baca juga: AHY jadi lulusan terbaik Program Doktor SDM di Unair
Arief menyampaikan rasa bangga atas kepercayaan yang diberikan kepada Prof Madyan. Ia meyakini, dengan latar belakang akademik dan kepemimpinan yang kuat, Prof Madyan akan mampu membawa Unair melangkah lebih jauh di kancah global.
“Prof Madyan sebagai sosok yang memiliki integritas, visi strategis, serta pemahaman mendalam terhadap dinamika kampus. Para alumni berharap, di bawah kepemimpinan Prof Madyan, Unair dapat terus memperkuat posisinya sebagai universitas kelas dunia yang berakar pada nilai-nilai luhur kebangsaan dan moralitas,” tandasnya.