Mataram (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Provinsi Nusa Tenggara Barat memfasilitasi pengembangan bibit kurma melalui teknik kultur jaringan agar budidaya tumbuhan sejenis palem itu bisa diperluas tidak hanya Lombok melainkan juga hingga ke Sumbawa.
"Melalui pendekatan riset dan inovasi berbasis lokal, kurma Nusa Tenggara Barat kini menjadi komoditas yang menjanjikan secara ekonomi dan agronomi," kata Kepala Brida NTB I Gede Putu Ariadi di Mataram, Kamis.
Bibit kurma unggulan dari perkebunan di Lombok Utara saat ini sudah tersertifikasi dan akan kembali mengikuti pameran internasional pada September 2025 mendatang. Sebelumnya, kurma Lombok Utara juga sempat mengikuti pameran kurma internasional di Abu Dhabi pada 2023 dan 2024 secara berturut.
Gede mengatakan kurma lokal Nusa Tenggara Barat tidak hanya menjadi kebanggaan daerah, tetapi juga mampu menjadi komoditas tropis unggulan Indonesia di pasar global.
Baca juga: BRIDA NTB teliti kawasan yang cocok untuk tanaman kurma di Lombok Utara
Menurutnya, iklim kering dan lahan tadah hujan di Kabupaten Lombok Utara, Sumbawa, dan Dompu sangat cocok bagi pertumbuhan dan pengembangan varietas kurma lokal. Budidaya kurma juga bisa dilakukan secara tumpangsari dengan tanaman superfood kacang inka.
"Ini adalah peluang emas yang harus kita kelola dengan riset dan pendekatan kelembagaan," kata Gede.
Budidaya kurma dilakukan oleh Yayasan Ukhuwah Datu bersama penduduk lokal menggunakan pola Nyakap, yakni kemitraan tradisional antara pemilik lahan, pemodal, dan pengelola dengan sistem bagi hasil yang telah menjadi warisan budaya lokal masyarakat Sasak dan Bali.
Yayasan Ukhuwah Datu saat ini mengelola sekitar 1.000 pohon kurma produktif di lahan seluas 10 hektare. Perjalanan panjang budidaya kurma bermula dari pengalaman awal pada tahun 2016 yang belum optimal lantaran bibit yang dibeli dari Jawa mayoritas berjenis kelamin jantan.
Baca juga: BRIDA NTB kaji karakteristik kurma datu tumbuh di Lombok Utara
Pada 2019, melalui pendekatan riset laboratorium, Jhon Arif Munandar selaku pembina Yayasan Ukhuwah Datu kembali menanam 40 bibit kurma dan berhasil menumbuhkan 38 pohon di mana 36 pohon atau sekitar 94 persen terbukti betina yang menjadi kunci keberhasilan dalam produksi buah.
Berbagai varietas unggulan kurma, seperti Sukari, Khalas, Barhi, dan Tunisia tumbuh subur dan berbuah lebat di Lombok Utara. Keberhasilan itu menjadi bukti bahwa Nusa Tenggara Barat memiliki agroklimat yang sangat cocok untuk pengembangan kurma.
Kurma merupakan makanan utama masyarakat Timur Tengah selama ribuan tahun. Pohon kurma tumbuh dengan baik dan berbuah lebat di Lombok Utara karena jenis tanah berpasir akibat tutupan material dari erupsi Gunung Samalas yang meletus pada tahun 1257.
Baca juga: NTB mengembangkan potensi kurma sebagai komoditas baru
Selain kualitas tanah, suhu udara dan kecepatan angin hanya sekitar 20 kilometer per jam di Lombok Utara juga mendukung untuk budidaya kurma. Ketika siang hari suhu udara di Lombok Utara dapat mencapai 40 derajat Celsius, namun saat malam hari suhu udara turun drastis hingga 16 derajat Celsius.
Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, Bupati Lombok Utara Najmul Akhyar mengungkapkan bahwa kurma adalah ikon ekonomi baru lantaran tanaman palma dalam genus Phoenix tersebut bisa tumbuh subur dan berbuah lebat di Lombok Utara.
Pohon kurma di Lombok Utara mulai berbuah saat berusia enam tahun dengan jumlah produksi sebanyak 15 kilogram per tandan atau sekitar 150 kilogram per batang.
Baca juga: MUI menggagas penanaman pohon kurma di NTB