Lombok Tengah (ANTARA) - Polres Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), kampanyekan rise and speak di berbagai sekolah dalam upaya menciptakan lingkungan yang aman dan bebas dari kekerasan terhadap pelajar serta kelompok rentan di daerah setempat.
"Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya untuk membangun kesadaran dan keberanian di kalangan pelajar dan kelompok rentan agar berani melawan serta melaporkan segala bentuk kekerasan yang mereka alami atau saksikan," Kata Kepala Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Lombok Tengah Aiptu Pipin Setyaningrum di Lombok Tengah, Kamis.
Melalui kampanye tersebut, pihaknya ingin menumbuhkan kesadaran para pelajar bahwa kekerasan bukanlah hal yang bisa dianggap sepele.
"Kami ingin setiap individu, terutama para pelajar dan kalangan rentan untuk tidak takut bersuara dan berani melaporkan jika mereka atau orang sekitar mereka menjadi korban kekerasan, seperti bullying, kekerasan verbal, maupun pelecehan seksual," katanya.
Baca juga: Bullying berujung maut, Pelajar di Lombok Tengah tewas ditangan temannya sendiri
Ia menyampaikan tujuan utama dari kegiatan ini untuk menghancurkan tembok ketakutan yang seringkali membuat korban bungkam terhadap kekerasan yang dialaminya.
"Kami ingin setiap anak, setiap perempuan, dan setiap individu, bahwa suara mereka penting. Bukan hanya sekadar slogan, melainkan sebuah gerakan untuk membangun sistem perlindungan yang kuat, dimulai dari keberanian personal," ujarnya.
Baca juga: Cegah nikah dini, Wabup Nursiah edukasi pelajar SMP di Lombok Tengah
Ia menyampaikan pencegahan dan penanganan kekerasan tidak bisa dilakukan oleh Polri saja, namun peran serta semua pihak terkait seperti pemerintah daerah, sekolah, orang tua, dan masyarakat.
"Dengan kerja sama ini kami bisa menciptakan jaringan perlindungan yang solid bagi mereka," katanya.
Pipin mengatakan Polres Lombok Tengah berkomitmen untuk terus menciptakan keamanan dan keselamatan bagi seluruh masyarakat serta berani bersuara dan melawan segala bentuk kekerasan khususnya bagi perempuan dan kelompok rentan yang seringkali menjadi korban kekerasan.
"Ini salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kekerasan di kalangan pelajar," katanya.
Baca juga: Kasus delapan remaja di Mataram perkosa pelajar SMP dapat atensi LPA
Baca juga: Polisi edukasi pelajar di Lombok Tengah agar tertib berlalu lintas
