Mataram (ANTARA) - Bayi migran yang berusia 2,5 tahun dari Guatemala yang ditahan bulan April di perbatasan Amerika Serikat-Mexico tapi dibebaskan dari tahanan AS bersama ibunya selama pengobatan penyakit telah meninggal di rumah sakit, kata pihak berwenang pada Rabu (15/5).
Bayi itu meninggal setelah tiga anak kecil Guatemala meninggal di dalam tahanan AS sejak Desember, selama lonjakan terbesar migran di perbatasan Mexico-AS dalam satu dasawarsa, kata Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis siang. Lebih banyak orang Guatemala menyeberangi perbatasan dibandingkan dengan warga negara mana pun.
Kematian bayi tersebut telah menyulut kecaman lebih besar terhadap pendirian keras pemerintah Presiden Donald Trump atas imigran gelap, serta penyaringan lebih ketat mengapa sebagian migran dari Amerika Tengah melakukan perjalanan bersama anak mereka di jalan panjang dan berbahaya ke utara.
Tekandi Paniagua, Konsul Guatemala di El Paso, Texas, mengatakan anak lelaki tersebut telah ditahan oleh para pejabat imigrasi AS setelah memasuki Amerika Serikat pada awal April bersama ibunya di dekat Kota Ciudad Juarez, Mexico, di seberang El Paso.
"Ia memiliki gangguan kesehatan akibat kondisi selama perjalanan mereka, demam tinggi dan kesulitan bernafas," kata Paniagua.
Anak lelaki, yang tidak diidentifikasi, itu dibawa ke rumah sakit, tempat para dokter mendiagnosis pneumonia, kata Paniagua --yang menambahkan anak lelaki itu meninggal pada Selasa.
Seorang pejabat Perlindungan Perbatasan dan Bea-Cukai AS yang mengetahui kasus itu mengatakan ibu anak lelaki tersebut mengatakan kepada para petugas bahwa putranya sakit tiga hari setelah menyeberangi perbatasan pada 3 April.
Ia dibawa ke rumah sakit pada hari yang sama, dan dipindahkan ke satu rumah sakit anak sehari kemudian, kata pejabat itu. Ia menyatakan keluarga anak lelaki tersebut secara resmi dibebaskan dari tahanan CBP pada 8 April, saat anak lelaki itu berada di rumah sakit.
Wanita Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Guatemala Marta Larra mengkonfirmasi kematian anak lelaki tersebut, dan mengatakan penyakitnya berawal seperti penularan influenza dan secara bertahap bertambah parah. Keluarganya berasal dari Wilayah Chiquimulai, yang tandus, di Guatemala Timur, kata Paniagua.
Para pejabat dan orang tua migran mengatakan penyelundup manusia mendorong mereka membawa anak-anak dalam perjalanan panjang ke utara karena itu mempermudah banyak keluarga untuk memasuki Amerika Serikat.
Gambar yang disiarkan oleh Reuters pada Rabu memperlihatkan orang dewasa dan anak-anak berada di luar kantor Patroli Perbatasan AS buat Migran di McAllen, Texas. Mereka sedang tidur di tanah dan berlindung di bawah atap sementara dengan selimut seadanya untuk berlindung dari sengatan sinar Matahari.
Baca juga: Bocah Guatemala meninggal dalam penahanan Amerika Serikat
Sumber: Reuters
Berita Terkait
Puluhan Warga Mataram Lakukan Aksi Gunduli Kepala
Jumat, 21 Agustus 2015 15:53
Haji- 60 Persen Calon Haji Mataram Risiko Tinggi
Rabu, 19 Agustus 2015 21:37
Bupati Sumbawa Barat Evaluasi Jelang Akhir Jabatan
Selasa, 11 Agustus 2015 7:40
Legislator Kecewa Anggaran Sosial Minim Dialokasikan Pemprov NTB
Rabu, 5 Agustus 2015 23:18
Anggaran pengamanan pilkada sumbawa barat rp1,5 miliar
Jumat, 31 Juli 2015 15:01
Paket "K2" Pertama Mendaftar Ke KPU KSB
Senin, 27 Juli 2015 11:14
Paket "f1" didukung partai terbanyak dalam pilkada
Minggu, 5 Juli 2015 14:21
Ikan tuna NTB mengandung merkuri kadar rendah
Rabu, 10 Juni 2015 6:56