Pengamat: maskapai asing bukanlah solusi tapi opsi

id Pengamat penerbangan, Aviatory Indonesia, Ziva Narendra Arifin, Maskapai asing, maskapai domestik, 0 harga tiket mahal

Pengamat: maskapai asing bukanlah solusi tapi opsi

Presiden Direktur Aviatory Indonesia Ziva Narendra Arifin dalam acara "Buka Pintu untuk Maskapai Asing, Solusi Tiket Mahal?" di Hotel Milenium Sirih, Jakarta Pusat, Rabu (18/6/2019). ((Antara/Livia Kristianti))

Jakarta (ANTARA) - Pengamat penerbangan Ziva Narendra Arifin mengatakan wacana Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengundang maskapai asing untuk melayani rute domestik bukanlah sebuah solusi.

Meski demikian, wacana tersebut dapat menjadi salah satu pilihan yang diambil untuk menekan harga tiket pesawat yang saat ini tinggi.

"Semakin banyak pemainnya, akan semakin sedikit dominasi di pasar," kata Ziva Narendra Arifin di Jakarta, Rabu.

Ziva menjelaskan kehadiran maskapai asing dapat mengurangi dominasi dua pemain besar di industri penerbangan domestik di Indonesia.

Namun, Presiden Direktur Aviatory Indonesia ini mengatakan peluang maskapai asing untuk melayani rute domestik masih 50 persen.

"Kita harus lihat kesiapan mereka, jangan hanya melayani rute yang sudah gemuk namun ke daerah-daerah yang pelayanan rutenya tidak ada," kata Ziva.

Ziva juga mengatakan ada pilihan lain yang dapat dilakukan pemerintah tanpa maskapai asing.

"Regulator dapat memberikan dukungan kepada maskapai domestik yang ada. Berikan keringanan pajak atau mengatur ulang pembayaran beban biaya," kata Ziva.

Hal ini perlu dilakukan mengingat kondisi maskapai domestik yang tidak kondusif dalam lima tahun terakhir.

"Dalam lima tahun terakhir, maskapai domestik kita ini pembukuannya sudah merah, mereka butuh insentif dari pemerintah untuk kembali menstabilkan harga jika tidak ingin ada pihak asing," kata Ziva.

Tidak hanya dua pilihan, Ziva turut mengatakan opsi ketiga mungkin akan lebih baik.

"Pemain baru lebih baik untuk jadi solusi, tidak menutup kemungkinan bukan maskapai asing melainkan perusahaan maskapai domestik yang baru," ujarnya.