Mataram (ANTARA) - Satu pengadilan Inggris telah menjebloskan delapan pemimpin komplotan yang memperdagangkan ratusan warga negara Polandia sebagai budak dalam penuntutan perbudakan modern yang belum pernah terjadi sebelumnya, kata pihak berwenang pada Jumat.
Komplotan itu memikat para korbannya untuk pergi ke Inggris dengan janji palsu bahwa mereka akan memperoleh pekerjaan dengan upah yang menarik dan memperoleh penginapan, hanya untuk memaksa bekerja sepanjang hari dengan upah rendah. Mereka yang berusaha kabur disiksa atau diancam, kata pihak berwenang.
Pengadilan itu menjatuhkan hukuman terhadap lima orang lain awal tahun ini atas dakwaan serupa. Hukuman mereka berkisar antara tiga hingga 11 tahun.
"Ini merupakan penuntutan terkait perbudakan modern terbesar di Kerajaan Inggris dan mungkin di Eropa," kata Mark Paul dari CPS West Midlands dalam satu pernyataan. "Skala operasi itu benar-benar mengejutkan, dengan jutaan pound dijaring oleh kelompok kejahatan sebagai hasil dari eksploitasi mereka yang sistematis terhadap anggota masyarakat Polandia yang rentan."
Banyak yang jadi mangsa karena mereka putus asa tak memperoleh pekerjaa, tunawisma atau kecanduan obat terlarang.
Dikatakannya, para korban ditampung berdesak-desakan, kondisi yang mengenaskan dan dibayar sebesar 10 pound atau setara 13 dolar per minggu.
Polisi setempat mulai melakukan investigasi ketika badan amal anti perbudakan Hope for Justice melihat peningkatan jumlah orang Polandia yang datang dan melaporkan kepada pihak berwenang.
Baca juga: Tiga perempuan diselamatkan setelah diperbudak 30 tahun
Menurut CPS, para majikan hidup dan menghasilkan lebih dari dua juta pound dengan melakukan hal-hal seperti menahan upah dan memaksa korban mereka untuk mengklaim tunjangan pemerintah sebelum menahan uang sendiri.
"Komplotan itu tidak hanya mengambil uang para korban tetapi juga mencabut kebebasan mereka, menggunakan ancaman dan kekerasan untuk menakut-nakuti mereka dan mengendalikan hidup mereka," kata Paul.
Dia mengatakan apa yang terjadi di Inggris itu mengagetkan dan berharap pengakuan-pengakuan tersebut akan membantu menyingkap masalah dan berusaha memerangi perbudakan modern.
Inggris menjadi rumah bagi sedikitnya 136.000 budak modern, menurut indeks Global Slavery yang dikeluarkan kelompok hak asasi manusia Walk Free Foundation, banyak yang bekerja di sektor bisnis mulai dari bar, pencucian mobil dan ladang.
Berita Terkait
Puluhan Warga Mataram Lakukan Aksi Gunduli Kepala
Jumat, 21 Agustus 2015 15:53
Haji- 60 Persen Calon Haji Mataram Risiko Tinggi
Rabu, 19 Agustus 2015 21:37
Bupati Sumbawa Barat Evaluasi Jelang Akhir Jabatan
Selasa, 11 Agustus 2015 7:40
Legislator Kecewa Anggaran Sosial Minim Dialokasikan Pemprov NTB
Rabu, 5 Agustus 2015 23:18
Anggaran pengamanan pilkada sumbawa barat rp1,5 miliar
Jumat, 31 Juli 2015 15:01
Paket "K2" Pertama Mendaftar Ke KPU KSB
Senin, 27 Juli 2015 11:14
Paket "f1" didukung partai terbanyak dalam pilkada
Minggu, 5 Juli 2015 14:21
Ikan tuna NTB mengandung merkuri kadar rendah
Rabu, 10 Juni 2015 6:56