"Humas itu mesti diawaki oleh orang-orang yang punya minat di bidang itu sehingga standar rekrutmennya bisa berbeda, bukan lagi mengandalkan otot," kata Jenderal Tito dalam Rakernis Divhumas Polri Tahun Anggaran 2019, di Mabes Polri, Jakarta, Kamis.
Hal itu penting sebagai upaya menguatkan kapasitas organisasi sehingga humas Polri mampu mencitrakan Kepolisian dengan baik di mata masyarakat.
"Kalau tidak punya passion, cuma cari pekerjaan saja, lalu kasak-kusuk agar jadi kapolres. Programnya (humas) kabur (tidak terlaksana)," katanya.
Selain itu, untuk memotivasi jajaran di kehumasan, pihaknya akan memberikan penghargaan berupa promosi jabatan, kesempatan sekolah dan kenaikan pangkat bagi mereka yang kinerjanya baik.
Ia menekankan pentingnya peran kehumasan dalam mewujudkan Polri yang promoter (profesional, modern, terpercaya).
Media sebagai pilar keempat demokrasi mampu menjadi kekuatan penekan bagi penguasa. Oleh karenanya humas Polri tidak boleh memandang remeh media, melainkan harus merangkul media dan menjadikan media sebagai mitra kerja.
"Manajemen media dengan pendekatan-pendekatan terhadap rekan media selaku PR (public relation) polisi," katanya.
Ia berpesan kepada para kabid humas di 34 polda se-Indonesia agar mampu mengelola ritme pemberitaan di media.
"Jangan jadi spokesperson, tapi jadilah kingmaker, playmaker, dalang. Kumpulkan informasi yang banyak. Atur mana yang dinaikkan, kita yang atur ritme pemberitaan. Kita yang atur opini publik," katanya.
Baca juga: Operasi Patuh Jaya 2019 resmi digelar hari ini
Selain itu peran humas adalah memantau perkembangan isu di sosial media dan merespon cepat bila ada isu bohong atau fitnah yang menyebar.
Untuk menjaga nama baik Polri, pihaknya pun meminta seluruh jajarannya untuk menjadi polisi yang humanis dan teladan.
Pasalnya perkembangan teknologi saat ini membuat warga melalui gawai milik mereka bisa menyebarkan rekaman atau video apapun ke media sosial, termasuk perilaku baik ataupun buruk para polisi.
Senada, Kadivhumas Polri Irjen Pol Mohammad Iqbal mengatakan humas Polri saat ini menjadi ujung tombak Polri.
"Humas jadi leading sector, bukan lagi back office sehingga tepatlah Kapolri menempatkan fungsi humas sebagai fungsi utama, bukan pemeran cadangan," kata Iqbal.
Ia menyebut pada kontestasi Pemilu 2019 silam, melalui kabid humas 34 polda, isu-isu pemberitaan negatif berhasil diredam sehingga rangkaian Pemilu bisa berjalan aman dan damai.
Di hadapan para peserta Rakernis, Iqbal memaparkan langkah-langkah agar sentimen positif terkait Polri di media bisa dipelihara yakni dengan meningkatkan pemberdayaan media arus utama, menekan pemberitaan negatif, mengklarifikasi sentimen negatif dan mengelola trending topik pemberitaan.
Ia menyebut, baru-baru ini pihaknya melakukan terobosan dengan Sistem Pengelolaan Informasi Terpadu (SPIT).
SPIT terkoneksi dengan big data dan memiliki content center sehingga bisa dengan cepat mengumpulkan data dari kewilayahan, menganalisisnya dan disampaikan ke media.
Baca juga: Kapolri ajak semua berkomitmen jaga keamanan di Papua
Baca juga: Kapolri harapkan semua pihak komitmen jaga keamanan di Papua
Rakernis Divhumas Polri T.A. 2019 digelar sejak Rabu (28/8) hingga Jumat (30/8) di Jakarta, dengan dihadiri 34 kabid humas, 34 PPID satker Mabes Polri, para kasubdit multimedia dan 26 pejabat Divhumas.
Para eks Kadivhumas Polri juga hadir dalam acara tersebut diantaranya Komjen (Purn) Nanan Soekarna, Komjen Pol Setyo Wasisto, Komjen (Purn) Anang Iskandar, Irjen (Purn) Edward Aritonang dan Komjen (Purn) Saud Usman.