PUSAT VULKANOLOGI TETAP PANTAU ANAK GUNUNG RINJANI

id



          Mataram, 30/10 (ANTARA) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung tetap menempatkan petugas lapangan untuk memantau anak Gunung Rinjani yakni Gunung Barujari yang menyemburkan abu dan material pijar pada awal Mei 2009.

         "Sampai sekarang aktivitas pemantauan anak Gunung Rinjani terus berlanjut karena menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ada dua gunung berapi yang rentan meletus yakni anak Gunung Rinjani dan Sangeang," kata Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Eko Bambang Sutedjo, di Mataram, Sabtu.

         Ia mengatakan, anak Gunung Rinjani merupakan gunung berapi aktif tipe A sehingga pemantauan aktivitas vulkaniknya terus dilakukan.

         Pada Gunung Rinjani yang tingginya mencapai 3.726 meter dari permukaan laut (dpl), terdapat dua kerucut di bagian timur danau atau kaldera Rinjani(Danau Segara Anak), masing-masing Gunung Barujari atau Gunung Tenga yang tingginya mencapai 2.376 meter dpl dan Gunung Mas atau Gunung Rombongan yang tingginya 2.110 meter dpl.

         Petugas pemantau anak Gunung Rinjani melaporkan bahwa saat ini tidak terlihat peningkatan status kegempaan gunung api di Pulau Lombok itu, namun masih dikategorikan waspada.

         Pada 2 Mei 2009, anak Gunung Rinjani itu mengalami peningkatan status dari normal level I menjadi waspada level II, berdasarkan analisis data visual dan kegempaan petugas pemantau yang ditempatkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana di Bandung.

         Saat itu, hasil rekaman alat pencatat gempa yang terpasang di tebing Gunung Rinjani mencatat puluhan kali gempa letusan yang diiringi gempa tremor dan gempa tektonik.

         Hasil pantauan dari Pos Pengamatan Gunung Rinjani yang terletak di Desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, (12,5 km sebelah timur laut Gunung Rinjani), Kabupaten Lombok Timur, menyebutkan gunung tertutup kabut dan teramati letusan abu (putih kecoklatan) pada ketinggian 500-700 meter condong ke utara.

         Setelah itu, aktivitas vulkanik anak Gunung Rinjani itu berangsur-angsur berkurang namun masih tetap "waspada" (Level II), sehingga pemantauan secara intensif terus dilakukan guna mengevaluasi tingkat kegiatan vulkanik gunung berapi tipe A itu.

         Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana di Bandung pun sudah merekomendasikan pembukaan jalur pendakian ke puncak Gunung Rinjani, tetapi dilarang ke Danau Segara Anak.

         "Belum boleh ke Danau Segara Anak karena belum bebas dari kemungkinan abu letusan yang menerpa objek wisata itu," ujarnya.

         Jika letusan anak Gunung Rinjani kembali terjadi dikhawatirkan berpotensi melontarkan material pijar sampai radius empat kilometer, sebaran awan panas sekitar Danau Segara Anak, aliran lava masuk ke dalam Danau Segara Anak, hujan abu lebat menyebar hingga mencapai empat kilometer dari titik letusan.

         Bahaya lainnya yakni jika letusan diiringi oleh longsoran tubuh Barujari dan masuk ke Danau Segara Anak, akan terjadi gangguan muka air Danau Segara Anak yang berpotensi meluap masuk ke Sungai Kokok Putih. Keadaan demikian dapat menyebabkan banjir bandang di Sungai Kokok Putih.

         Danau Segara Anak berada pada ketinggian 2.010 meter dari permukaan laut (dpl) atau terletak di sebagian Gunung Rinjani yang tingginya mencapai 3.726 meter dpl.

         Untuk mengunjungi Danau Segara Anak dapat melalui dua jalur resmi yakni jalur pendakian Senaru dengan waktu tempuh 7-10 jam berjalan kaki karena jaraknya kurang lebih delapan kilometer, dan jalur Sembalun dengan waktu tempuh relatif sama yakni 8-10 jam.

         Pengunjung yang sudah berada di Danau Segara Anak masih membutuhkan waktu 4-5 jam untuk mencapi puncak Gunung Rinjani melalui jalur pendakian yang ditetapkan, namun melewati kawasan hutan. (*)