Pandemi, Garuda optimistis mengembalikan pendapatan 40 persen akhir 2020

id Garuda Indonesia,pendapatan Garuda,pandemi COVID-19,industri penerbangan

Pandemi, Garuda optimistis mengembalikan pendapatan 40 persen akhir 2020

Pesawat Garuda Indonesia di Bandara Hang Nadim Batam. (ANTARA FOTO/Joko Sulistyo/ama.)

Jakarta (ANTARA) - Maskapai Garuda Indonesia mengaku optimistis dapat mengembalikan pendapatan sebesar 40 persen dari kondisi normal tahun lalu pada akhir 2020 akibat pandemi COVID-19.

“Target kita sampai Desember bisa di 40 persen dari ‘revenue’ (pendapatan) tahun lalu,” kata Direktur Layanan, Pengembangan Usaha dan Teknologi Informasi Garuda Indonesia Ade R Susardi dalam diskusi daring yang bertajuk “Panduan Protokol Baru untuk Operasi Bisnis Berkelanjutan: Industri Transportasi Publik” di Jakarta, Kamis.

Ade mengatakan optimisme tersebut didorong indikasi lalu lintas penerbangan yang berangsur pulih dengan adanya peningkatan jumlah penumpang saat libur panjang akhir pekan pada pertengahan Agustus lalu.

“Jadi kita lihat tadi dari tren Mei, Juni, Juli, Agustus ada libur panjang dua kali, kita dapat berkah cukup besar. Trafik penerbangan naik, penumpang naik. Tren diharapkan bisa berlanjut,” katanya.

Ia menambahkan pihaknya juga menyiapkan sejumlah program baru pada untuk menarik kembali minat masyarakat untuk melakukan penerbangan.

“September juga kita punya beberapa program lagi. Di bulan lalu kita bisa 7.000 per hari, kita targetkan di September bisa 10.000 per hari sudah bisa tercapai,” katanya.

Ade mengataku secara hitungan bisnis belum menguntungkan, namun pihaknya melakukan berbagai upaya, yakni efisiensi di internal perusahaan untuk menghemat biaya operasi, seperti penundaan gaji, pemotongan tunjangan dari 10 hingga 50 persen.

Kemudian, renegosiasi dengan penyewa (lessor) pesawat, penjadwalan ulang pembayaran avtur dengan PT Pertamina dan lainnya agar maskapai pelat merah itu bisa bertahan.

Untuk itu, Ia berharap pada 2021 pihaknya bisa kembali bangkit dan membukukan pendapatan hingga 70 persen dari kondisi normal di 2019.

“Diharapkan paling tidak positif di profit margin kita,” katanya.

Sebab, Ade menuturkan berdasarkan analisis di dunia aviasi dan pandemi, industri penerbangan, terutama maskapai baru benar-benar akan pulih pada 2023.

“Bagaimana pemulihannya, pada saat ini diprediksi dari pakar maskapai atau situasi pandemi ini melihat situasi kembali ke tahun 2019 saja perlu waktu panjang. Maskapai diperkirakan kembali di angka itu di 2023, cukup lama. Tahun ini kita mungkin di angka 40 persen dari revenue kita tahun lalu. Tahun depan mungkin di angka 60 dan 70 persen. Dan kita perlu banyak menentukan strategi untuk melanjutkan operasi,” katanya.

Menurut dia, Garuda Indonesia masih tertolong dengan adanya penerbangan domestik, meskipun pada Mei lalu sempat terjatuh ke jurang terdalam, yakni hanya mengoperasikan 30 penerbangan dalam sehari yang separuhnya adalah penerbangan kargo.

“Saya perbandingkan, di Mei 2019 rata-rata trafik Garuda 400 penerbangan dalam sehari, pada Mei 2020 saat ‘peak’ paling rendah hanya 30 penerbangan setengahnya pun kargo. Jadi, dampaknya besar, hingga 95,3 persen,” katanya.