Jakarta (ANTARA) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Senin di Jakarta, Senin, membuka Forum Ekonomi Dunia Islam ke lima yang mengambil tema "Ketahanan Pangan dan Energi, Membendung Dampak Krisis Keuangan Global".
Dalam kesempatan itu, Presiden Yudhoyono mengajak semua negara muslim di dunia untuk bekerjasama mencari jalan keluar dari krisis yang melanda dunia saat ini terutama untuk memajukan kehidupan umat muslim di dunia.
Dengan kebijakan yang tepat diharapkan bisa mengatasi krisis saat ini. Dengan kerja keras kita akan bisa mengubah krisis ini menjadi peluang. Banyak langkah untuk merespon berbagai krisis ini, yang pastinya harus merupakan kombinasi kebijakan nasional dan upaya internasional, kata Presiden di hadapan sekitar 1.500 peserta dari kawasan Asia, Eropa, Timur Tengah, dan Afrika.
Presiden Yudhoyono juga mengusulkan agar negara-negara muslim dengan cadangan devisa yang besar bisa memberikan bantuan melalui investasi di negara-negara muslim agraris di dunia.
"Negara-negara Teluk bisa langsung meningkatkan kesejahteraan umat dan juga bisa membantu krisis ketahanan pangan dunia. Bagi negara-negara pengimpor pangan, mereka juga akan bisa meningkatkan pasokan pangan mereka," kata Presiden.
Dijelaskan Presiden, persoalan yang dialami negara-negara muslim serta negara-negara lain di dunia saat ini bukan saja persoalan krisis keuangan saja, tetapi juga ancaman dari krisis energi, krisis iklim dan krisis pangan.
"Semua krisis ini global dan sistemik. Mereka saling terkait dan saling membelit. Mereka saling memangsa satu sama lain. Karenanya solusi yang harus dilakukan juga harus global dan sistemik," katanya.
Di sektor energi, Presiden mengajak semua negara-negara muslim termasuk para penghasil minyak untuk mulai menyiapkan dan mengembangkan produksi energi terbarukan untuk mengganti energi dari fosil yang akan habis dalam waktu dekat.
"Dengan hormat, semua negara muslim harus bekerja sama untuk meningkatkan kapasitas untuk mencari dan mengembangkan sumber energi yang baru. Sungguh, dengan melakukan inovasi, kita juga sekaligus mengembangkan lapangan kerja," katanya.
Untuk penanganan krisis iklim, Presiden Yudhoyono mengharapkan semua negara muslim untuk berpartisipasi melakukan aksi nyata menangani krisis iklim dan mengikuti pembahasannya dalam pertemuan perubahan iklim di Kopenhagen tahun ini
Mengenai krisis pangan, meski tekanannya agak berkurang belakangan ini dengan turunnya harga komoditas, namun dalam jangka panjang krisis pangan bisa terjadi kapanpun, terutama karena pengaruh perubahan iklim.
"Kita butuh untuk membentuk revolusi hijau kedua untuk meningkatkan produksi pertanian untuk mencukupi pertumbuhan kebutuhan pangan dunia. Khususnya, kita butuh untuk membantu, memberdayakan petani kecil yang justru jumlahnya terbanyak di sejumlah negara berkembang," katanya.
Usai menyampaikan sambutan, Presiden kemudian menjadi moderator bagi sejumlah pemimpin negara untuk menyampaikan sambutannya.
Hadir dalam acara ini antara lain Sekjen OKI Ekmeleddin Ihsanoglu, Putera Mahkota Uni Emirate Arab (UEA) , Abdullah Bin Hamad Al Attiyah (Wakil PM Qatar), PM Maroko Abbas El Fassi, PM Malaysia Abdullah Badawi, Presiden Republik Yaman Ali Abdullah Saleh, dan Presiden Republik Somalia Sheikh Sharif Ahmed. (*)