Mataram (ANTARA) - Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB) Kota Mataram, menyebutkan kasus balita pendek atau "stunting" di Mataram saat ini tercatat sebanyak 4.721 balita atau 8,18 persen dari 38.567 balita, angka tersebut berada di bawah nasional sebesar 27 persen.
"Target kami, setiap tahun akan menekan 2 persen dari total 8,18 persen kasus balita pendek saat ini. Harapannya, empat tahun ke depan, Mataram bisa bebas kasus stunting," kata Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB) Kota Mataram, Sudirman di Mataram, Selasa.
Untuk mencapai target tersebut, pihaknya akan bersinergi dengan Dinas Kesehatan Kota Mataram sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing.
Menurut Sudirman, penurunan dan penambahan kasus stunting tidak bisa terlepas dari kasus penikahan dini dengan memberdayakan duta-duta generasi berencana yang berasal dari kaum milenial untuk mengencarkan sosialisasi dan penyuluhan terhadap teman sebayanya.
"Generasi berencana perwakilannya ada di 325 lingkungen se-Kota Mataram, dan mereka kita berdayakan berperan aktif memberikan edukasi kepada anak yang hendak menikah dini," katanya.
Dikatakan, kasus stunting tidak hanya dicegah setelah proses melahirkan akan tetapi harus dilakukan sedini mungkin. Artinya, kasus stunting bisa muncul karena anak-anak nikah di bawah umur.
"Pasalnya, secara fisik, mental, kemampuan materail anak di bawah umur belum maksimal, sehingga bayi yang dilahirkan tidak bisa dirawat dengan baik," katanya.
Di sisi lain, lanjutnya, upaya menekan kasus stunting juga dilakukan melalui program bina balita yang dilaksanakan oleh tim DP2KB, sebab kasus balita pendek baru dapat teridentifikasi di atas usia satu tahun antara lain melalui tinggi badan dan lingkar kepala yang tidak sesuai dengan usianya.
"Sementara kalau dari Dinas Kesehatan, berperan dalam upaya pemenuhan kebutuhan gizi ibu hamil dan menyusui," katanya menambahkan.