Mataram (ANTARA) - Lembaga yang mengelola upaya kaum Muslimin untuk pembebasan Masjid Al Aqsa, Aqsa Working Group (AWG) menilai, terpilihnya pemimpin baru Israel Naftali Bennet semakin mempertegas wajah sektarian dan apartheid Pemerintah Zionis Israel.
Siaran pers AWG yang diterima Sabtu (19/6/2021) menyebutkan, naiknya Bennett memimpin Israel disambut ratusan pendukungnya dari kalangan ultra nasionalis dengan aksi pawai bendera sambil menghina agama Islam dan Nabi Muhammad di Kota Tua Yerussalem pada 15 Juni 2021.
Disebutkan, Naftali Bennet yang menggantikan Benjamin Netanyahu yang telah 12 tahun berkuasa dikenal sebagai sosok Yahudi radikal, kontroversial, dan rasis dari Partai Yamina. Tak heran ia pun mengizinkan pawai provokatif para pendukungnya di Kota Tua Yerussalem, termasuk di gerbang Masjid Al-Aqsa.
AWG lebih lanjut mengutuk rezim Naftali Bennett yang mengizinkan pawai provokatif warga Yahudi tersebut serta mengutuk dengan keras penghinaan terhadap agama Islam dan Nabi Mulia Muhammad yang dilakukan para pendukung rezim baru Israel tersebut.
Penghinaan ini merupakan penistaan yang menunjukan rendahnya moral dan bentuk intoleransi serta semakin membuktikan bahwa entitas Israel dibangun di atas semangat sektarianisme yang rasis dan diimplementasikan dengan segregasi apartheid yang merupakan ciri khas kolonialisme.
AWG juga mengingatkan kepada seluruh pemimpin dunia untuk semakin meningkatkan kewaspadaan atas rezim baru Israel yang dipimpin oleh Naftali Bennett agar upaya-upaya keras untuk mewujudkan perdamaian di tanah Palestina tidak mengalami kemunduran.
Selain itu AWG menyerukan kepada seluruh elemen masyarakat untuk terus berdoa serta memperkuat upaya, dukungan, dan bantuan bagi kemerdekaan rakyat Palestina dan pembebasan Masjid Al Aqsa, termasuk bantuan bagi warga Gaza yang saat ini sedang giat membangun kembali infrastruktur yang hancur setelah dibombardir Zionis Israel.
Siaran pers yang ditandatangani M Anshorullah selaku Ketua Presidium AWG itu juga mengapresiasi Pemerintah dan rakyat Indonesia yang konsisten memberikan dukungan bagi kemerdekaan Palestina dan pembebasan Masjid Al Aqsa dari penjajahan Israel.
Pada bagian lain, AWG menilai, gencatan senjata yang telah disepakati Israel dan para pejuang Palestina bukanlah akhir dari kedzaliman Zionis Israel. Sejak gencatan senjata setelah perang 11 hari, setidaknya Otoritas Zionis Israel telah melakukan setengah lusin pelanggaran berat hak asasi manusia.
Serdadu Israel menembak syahid seorang anak berusia 16 tahun, dua orang perempuan dan seorang pemuda serta melakukan serangan udara di Gaza di pagi buta. Disamping itu mereka kembali menyerbu Masjid Al-Aqsa dan melakukan penistaan terhadap masjid paling disucikan ketiga oleh umat Islam itu.
Mereka juga menembaki warga Palestina dengan granat kejut dan gas air mata, menganiaya dan menangkap seorang anak berusia tujuh tahun dan puluhan lainnya dari kalangan warga sipil dan jurnalis.
Selain itu mereka melakukan upaya pembersihan etnis dengan menghancurkan rumah-rumah warga serta mengusir secara sistematis warga Palestina dari kampung halamannya di daerah Sheikh Jarrah dan Silwan.
Berita Terkait
Mohammed Shabat Dokter lulusan Indonesia gugur di Gaza Palestina
Kamis, 14 November 2024 12:57
Isu Palestina tetap di hati
Kamis, 14 November 2024 6:39
Prabowo-Biden komitmen kemerdekaan Palestina akhiri konflik kemanusiaan di Gaza
Rabu, 13 November 2024 15:07
Akar kerusuhan antarsuporter bola di Amsterdam
Selasa, 12 November 2024 9:32
Memaknai pidato Presiden Prabowo terkait Kemerdekaan Palestina
Minggu, 10 November 2024 8:20
Jangan sebut perang, ini genosida di Gaza
Rabu, 6 November 2024 6:06
UNICEF ingatkan dampak 'mematikan' ke anak Gaza
Jumat, 1 November 2024 8:23
Bengis, Israel bunuh 1.000 lebih warga Palestina dalam tiga minggu
Senin, 28 Oktober 2024 9:14