Mataram (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan perbedaan tekan udara, tutupan awan, hingga gerak semu tahunan matahari menjadi pemicu suhu udara terasa dingin saat malam hingga pagi di Nusa Tenggara Barat (NTB).
"Saat ini angin bergerak ke utara membawa udara yang lebih dingin dan lebih kering dari Australia ke Indonesia," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid (ZAM), Satria Topan Primadi dalam laporan di Mataram, Jumat.
Satria menjelaskan Benua Australia yang berada di belahan bumi selatan mendingin secara signifikan menyebabkan udara yang dingin dan padat tenggelam, sehingga membentuk sistem bertekanan tinggi.
Pada saat yang sama, Indonesia tetap hangat karena lokasi berada di khatulistiwa yang beriklim tropis. Udara panas di atas khatulistiwa naik menciptakan zona bertekanan rendah. Perbedaan tekanan itu lantas mendorong angin dari daerah bertekanan tinggi di atas Australia menuju daerah bertekanan rendah di atas Indonesia.
Baca juga: Suhu udara di wilayah NTB kini mulai terasa dingin
Pola monsun Australia selama musim dingin memfasilitasi pergerakan massa udara dingin menuju Indonesia melalui sirkulasi angin musiman yang didorong oleh sistem tekanan dan suhu yang kontras.
Faktor kedua pemicu udara dingin adalah langit cerah saat malam hari membuat suhu malam lebih dingin. Awan berfungsi seperti selimut yang memantulkan kembali radiasi panas ke permukaan, sehingga mencegah udara di permukaan menjadi terlalu dingin.
Ketika langit tanpa awan, maka radiasi panas dilepas ke atmosfer menyebabkan suhu udara cenderung dingin. Sebaliknya, tutupan awan yang banyak saat malam dapat mengurangi penurunan suhu karena awan memerangkap panas yang dipancarkan dari permukaan bumi.
Baca juga: Suhu dingin di NTB diprakirakan sampai Agustus, suhu terdingin mencapai 21 derajat celcius
Pergerakan matahari setiap tahun memicu udara dingin karena menyebabkan sedikit variasi jumlah energi matahari yang diterima di Indonesia, meski letaknya di dekat garis khatulistiwa.
"Pada waktu-waktu tertentu dalam setahun, seperti musim kemarau saat ini matahari berada di belahan bumi utara, tidak tepat di atas kepala, pemanasan siang hari sedikit berkurang di wilayah NTB yang berada di selatan ekuator," papar Satria.
Dia menjelaskan tanah dan udara menyerap lebih sedikit panas saat siang hari, sehingga lebih sedikit panas yang tertahan ataupun dilepaskan pada malam hari. Akibatnya, suhu malam hari bisa lebih sejuk karena panas yang disimpan di siang hari lebih sedikit untuk menjaga udara tetap hangat setelah matahari terbenam.
Berdasarkan prakiraan cuaca BMKG Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid pada 13 Juni 2025, suhu udara paling rendah 19 derajat Celcius saat malam dan 32 derajat saat siang. Kecepatan angin mencapai 28 kilometer per jam dengan kelembaban udara rentang 60 sampai 100 persen.