“ Hanya ada sejumlah warga yang kami amankan, sedangkan satu korban luka dari pihak kepolisian sudah dirujuk ke rumah sakit,” katanya seperti dilaporkan ANTARA dari i Sumbawa Barat, Selasa.
Kapolres mengatakan polisi berupaya agar masyarakat yang berdemonstrasi tidak melanggar, tetapi mereka tetap memaksa masuk sehingga memicu bentrok.
Ia mengatakan pihaknya sejauh ini tidak tahu siapa yang memulai kerusuhan. Pastinya, ada orang yang melempar ke arah aparat sehingga petugas keamanan terpaksa mengambil tindakan tegas. “ Kita tahan dua orang demonstran,” katanya.
Namun keterangan Kapolres Sumbawa Barat ini dibantah koordinator aksi Kamaruddin dengan mengatakan sedikitnya tiga hingga empat orang demonstran terluka akibat bentrok dengan aparat kepolisian saat itu. "Sejumlah korban sempat dirawat di Puskesmas Maluk," katanya.
Informasi yang dihimpun di lapangan menyebutkan, satu korban terluka cukup parah di bagian kepala, dan sempat dirujuk ke Puskesmas di ibu kota Kabupaten, Sumbawa Barat yang berjarak sekitar 30 kilometer dari Benete yang menjadi lokasi terjadinya bentrok.
Korban yang luka adalah Boma (38), Abdukadir (60), Abdul Muis (40) dan Suharli (22). Semuanya warga Kecamatan Taliwang, Jereweh dan Brang Rea. Mereka sudah mendapat perawatan, hanya Abdul Kadir menderi luka cukup parah yakni robek di bagian belakang kepala, bibir dan pelipis.
Sementara satu korban lainnya, yakni Sugeng Ariono, anggota Brimob Polda NTB juga dirawat karena luka di kepala akibat terkena lemparan batu.
Para demonstran yang dikoordinasikan oleh Gerakan Masyarakat Tutup Tambang (Geratumbang) memastikan pada hari ini (Selasa, 19/4) tidak ada aksi lanjutan. Meski izin demonstrasi masih diberlakukan hingga Selasa, mereka memastikan tidak akan melanjutkan demonstrasi .
“ Demonstrasi kami tunda, menyusul informasi terbaru bahwa tenggat waktu divestasi kembali diperpanjang hingga satu bulan ke depan. Kita akan evaluasi kembali nanti. Sekarang kami mengunjungi korban yang terluka,” kata Kordinator Geratumbang Syadiksyah. (*)