PEMERINTAH YAKINKAN WARGA SEKITAR TAMBORA TIDAK BURU-BURU MENGUNGSI

id

          Mataram, 14/9 (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat mengutus tim teknis agar bersama-sama Pemerintah Kabupaten Dompu, meyakinkan warga yang bermukim di sekitar Gunung Api Tambora, untuk tidak terburu-buru mengungsi karena belum ada peningkatan dari status Siaga Level III.

         "Itu yang perlu diluruskan, makanya kami ke lokasi. Sebaiknya jangan dulu mengungsi karena lokasi permukiman penduduk di sekitar Gunung Tambora masih dalam kawasan aman," kata Kepala Bidang Geologi dan Sumber Daya Mineral Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammaddin, yang dihubungi dari  Mataram, Rabu.

         Muhammaddin dan tim teknis Distamben NTB tengah berada di Dompu untuk berkoordinasi dengan Pemkab Dompu beserta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, terkait aktivitas Gunung Api Tambora.

         Hari ini juga, mereka akan melakukan pengamatan visual aktivitas Gunung Api Tambora dari pos pemantauan Doropeti, Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu.

         "Secara bersama-sama kami terus berupaya meyakinkan warga sekitar Gunung Tambora untuk tidak terburu-buru mengungsi, namun warga masih dilarang mendekati pusat letusan untuk berburu atau mencari kayu bakar," ujarnya.

         Ia mengatakan, hasil pengamatan visual dan catatan aktivitas kegempaan Gunung Api Tambora, hingga kini masih berstatus Siaga pada level III, yang ditetapkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sejak 8 September lalu.

         Sejak sepekan terakhir ini, tidak ada gejala peningkatan status, malah aktivitas kegempaan vulkanik dalam lebih rendah dari sebelumnya yang tercatat 7 September lalu yakni berkisar antara 5-15 kali, gempa vulkanik dangkal 1-7 kali, gempa tektonik lokal 1-4 kali, gempa tektonik jauh 2-13 kali.

         Gempa "low frekuensi" juga masih berkisar 1-6 kali disertai gerakan tremor dengan amplitudo antara 0,5-9 milimeter tiap harinya.

         "Tidak ada peningkatan yang signifikan pada aktivitas kegempaan meski belum bisa disebut menurun. Gempa vulkanik masih terjadi tetapi intensitasnya agak berkurang, berbeda dengan 7 September lalu yang terekam 32 kali kejadian hanya dalam rentang waktu enam jam," ujarnya.

         Merujuk kepada hasil pengamatan visual dan catatan aktivitas kegempaan itu, kata Muhammaddin, semestinya masyarakat tidak perlu panik berlebihan, meskipun masih dilarang melakukan aktivitas apapun di kawasan Gunung Tambora, apalagi di kawasan rawan bencana.

         Apalagi, tidak ada permukiman penduduk di Kawasan Rawan Bencana (KRB). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana pun sudah membagi Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Api Tambora, yakni KRB III pada radius tiga kilometer dari pusat kegempaan, KRB II pada radius lima kilometer dan KRB I pada radius delapan kilometer.

         Pada KRB III berpotensi dilanda awan panas, aliran lava dan gas beracun, serta lontaran batu pijar dan hujan abu lebat.

         Pada KRB II berpotensi dilanda awan panas, aliran lava dan gas beracun, serta lontaran atau guguran batu pijar, hujan abu lebat, hujan lumpur panas, aliran lahar, dan air dengan keasaman tinggi.

         Pada KRB I berpotensi dilanda lahar, hujan abu dan kemungkinan terkena lontaran batu pijar.

         "Kita semua berharap, terjadi penurunan status hingga kembali normal, agar tidak ada kepanikan warga," ujarnya.

         Muhammaddin membenarkan, adanya pengungsian sejumlah warga meskipun lokasi permukimannya di luar kawasan rawan bencana, karena terpengaruh isu-isu yang merujuk kepada sejarah letusan Gunung Api Tambora itu.

        Gunung Api Tambora tercatat dalam sejarah letusan paroksimal pada tahun 1815, yang menyebabkan terkuburnya tiga kerajaan yakni Kerajaan Pekat, Tambora dan Sanggar, dan menelan korban jiwa sekitar 92 ribu orang.

        Gunung Api Tambora bertipe A karena masih menunjukkan aktivitas sesudah tahun 1600, yang terletak di wilayah Kabupaten Dompu dan Bima, Provinsi NTB, dan memiliki tinggi 2.815 meter dari permukaan laut.(*)