JMI ingatkan tempat ibadah ditunggangi penyebaran ekstremisme

id Radikalisme,Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia

JMI ingatkan tempat ibadah ditunggangi penyebaran ekstremisme

Tangkapan layar Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi. (ANTARA/ (Muhammad Zulfikar)

Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI) Islah Bahrawi mengingatkan potensi rumah ibadah yang dapat ditunggangi oleh para penyebar ekstremisme, radikalisme, dan terorisme atas nama agama untuk menyebarkan ajaran dan paham tersebut.

"Kita jangan pernah tabu mengatakan itu. Tidak hanya di Islam, ekstremisme dan radikalisme di agama Kristen juga bergerak di gereja, begitu juga dengan Hindu dan Budha akan bergerak di kegiatan masyarakat di pura dan wihara," kata Islah dalam keterangan dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang diterima di Jakarta, Kamis.

Dia menambahkan potensi penyebaran paham ekstremis, radikal, teroris itu dapat terjadi karena kegiatan keagamaan Islam terpusat di masjid. Begitu pula dengan kegiatan berbasis infiltrasi ideologi, yang ingin menginjeksi dengan agama, juga akan masuk masjid dan pesantren, menurut dia.

"Otomatis penyebaran itu bergerak di pusat dan simpul kegiatan keagamaan masyarakat, tidak terkecuali di pesantren atau masjid," tambahnya.

Namun demikian, dia mengatakan potensi penyebaran itu tidak hanya terjadi di Masjid, melainkan di rumah ibadah agama-agama lain. Hal ini, menurut Islah, disebabkan oleh polarisasi radikalisme dan ekstremisme ada di semua agama dan kelompok dengan paham tersebut ingin menguasai simpul aktivitas masyarakat dari tempat ibadah.

"Kita tidak boleh berat hati atau malu mengatakan itu karena polanya memang seperti itu," katanya.

Menurutnya, para pelaku teror itu terpapar ekstremisme di kegiatan keagamaan, termasuk literasi keagamaan mereka.

Islah juga mengajak semua pihak untuk mengakui bahwa ada gerakan teror yang mengatasnamakan agama Islam di Indonesia, karena faktanya sudah banyak kejadian teror membawa nama agama Islam.

Baca juga: Tiga warga Bima terduga teroris ditangkap Densus 88

Artinya, tambahnya, pola gerakan radikal selalu menunggangi agama pemeluk mayoritas di suatu negara dan bergerak dalam jalur agamanya. Kalau ingin menunggangi Islam, katanya, pasti melewati jalur keagamaan Islam entah itu pesantren atau masjid.

Islah mengaku seluruh masyarakat untuk terbuka mengakui fakta tersebut, dengan dibuktikan oleh adanya ceramah di masjid yang mengajarkan bughat (pemberontakan), bahkan pernah terungkap sebuah masjid di Banjarmasin jadi tempat merakit bom.

Baca juga: Pedagang keliling terduga teroris dipindahkan ke Rutan Polda NTB

.