Gaji ke-13 dorong konsumsi dan tingkatkan aktivitas ekonomi

id gaji,ASN,13

Gaji ke-13 dorong konsumsi dan tingkatkan aktivitas ekonomi

Akademisi Universitas Mataram (Unram) Pakar Ekonomi Nusa Tenggara Barat DR H Iwan Harsono. (Foto: ANTARA/HO)

Mataram (ANTARA) - Akademisi Universitas Mataram yang juga Pakar Ekonomi Nusa Tenggara Barat Iwan Harsono mengatakan pencairan gaji ke-13 pada awal Juli 2022 dapat mendorong konsumsi masyarakat dan mendukung peningkatan aktivitas ekonomi. "Pencairan gaji ke-13 diharapkan bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran," katanya di Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Senin.

Ia menyakini, pencairan gaji ke-13 itu dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi pada triwulan III (Juli-September), serta mempengaruhi konsumsi domestik yang hanya tumbuh 2,55 persen pada triwulan I-2022. "Pertumbuhan akibat pencairan gaji ke-13 ini bisa mendorong pengeluaran konsumsi masyarakat di NTB yang pada triwulan I hanya 2,55 persen," katanya.

Menurut dia, konsumsi rumah tangga bisa menjadi faktor untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi di NTB, sehingga wilayah ini tidak hanya mengandalkan sektor pertambangan yang selama ini dominan menjadi pendukung kinerja ekonomi lokal.

Baca juga: Kemenkumham serahkan sertifikat paten empat akademisi Undana
Baca juga: Perlu regulasi tanggulangi radikalisme di kampus


Meski demikian, ia mengakui perkembangan ekonomi global yang dipengaruhi oleh kondisi geopolitik di Eropa juga bisa mempengaruhi proyeksi pertumbuhan ekonomi pada triwulan selanjutnya. "Terutama perang Rusia Ukraina dan sanksi yang mengikutinya, sebab banyak hambatan perdagangan," ujarnya.

Dalam kesempatan ini, ia memberikan apresiasi kepada pemerintah yang ingin fokus memberikan subsidi kepada masyarakat kurang mampu, dengan menaikkan tarif listrik golongan 3.500 VA, serta membatasi Pertalite dan konsumsi LPG 3 kilogram bagi orang kaya.

"Kenaikan itu, harus kita lihat dari usaha pemerintah untuk memastikan bahwa subsidi terarah hanya untuk orang miskin sesuai dengan tujuan subsidi. Saat ini subsidi arahnya kurang tepat karena banyak dinikmati orang kaya," katanya.