Libatkan banyak pihak, investasi Telkomsel di GoTo strategis

id Saham GoTo,Telkomsel,LKPU FHUI,Finvesol Consulting

Libatkan banyak pihak, investasi Telkomsel di GoTo strategis

ilustrasi - Grafik saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang terlihat di monitor Bursa Efek Indonesia (BEI). ANTARA/HO-GoTo/am.

Jakarta (ANTARA) - Keputusan investasi PT Telkomsel di GoTo senilai 450 juta dolar AS dinilai sebagai aksi korporasi wajar dan strategis yang dibutuhkan untuk memperkuat pertumbuhan bisnis perusahaan serta telah melewati berbagai tahapan proses ketat yang melibatkan banyak pihak independen.

Analis Pasar Modal sekaligus CEO Finvesol Consulting, Fendi Susiyanto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, menyebutkan bahwa proses investasi yang dilakukan oleh Telkomsel di GoTo sudah sesuai prosedur dan mekanisme yang berlaku di kedua perusahaan.

Di sisi Telkomsel, keberadaan Singtel sebagai pemegang saham, tidak akan memberikan lampu hijau jika investasi itu tidak dilakukan secara prudent, penuh kehati-hatian dan memberikan benefit yang optimal kepada perusahaan. Apalagi pemerintah Singapura sebagai pemilik Singtel selama ini dikenal tegas dan tidak berkompromi dalam hal pelanggaran terhadap pelaksanaan good corporate governance (GCG).

Demikian halnya dengan GoTo. Fendi meyakini dengan banyaknya pemegang saham seperti Google, Visa, AIA, Astra International, Blue Bird dan nama-nama besar investor kelas dunia lainnya, tentunya memiliki mekanisme yang ketat dan pasti dalam mengambil keputusan kerjasama investasi.

Baca juga: Telkomsel akan menonaktifkan sinyal 3G di Jatim

“Kalau dibaca di Anggaran Dasar GoTo di websitenya, jelas sekali disebutkan bahwa penambahan modal melalui pengeluaran efek bersifat ekuitas, seperti obligasi konversi yang dilakukan oleh Telkomsel ke GoTo, harus dengan persetujuan paling sedikit 2/3 pemegang saham. Mustahil rasanya kerja sama investasi seperti dengan Telkomsel itu hanya diputuskan oleh direksi apalagi seorang komisaris GoTo,” ujar Fendi dalam sebuah diskusi pada Selasa (12/7) di Jakarta, bertajuk Isu Investasi Telkomsel, Fakta atau Fitnah?

Terkait potensi kerugian investasi yang dialami PT Telkom pada kuartal I-2021 sebagai akibat investasi Telkomsel di GoTo, Fendi menilai hal itu adalah mekanisme pasar biasa yang terjadi di pasar modal. Buktinya di akhir semester I-2022, Telkom justru berpotensi mencatat potensial gain hingga Rp2,7 triliun.

Perhitungannya, dengan asumsi jumlah saham Telkomsel sebanyak 23,7 miliar saham dan harga penutupan saham GoTo pada 30 Juni sebesar Rp388 per saham, maka nilai investasi Telkomsel di GoTo sudah bernilai Rp9,91 triliun. Sementara dengan harga beli saham di kisaran Rp270 per saham, total investasi Telkomsel di GoTo hanya sebesar Rp6,39 triliun.

Menurut Fendi, selain aspek bisnis jangka panjang, investasi yang dilakukan oleh Telkomsel itu sejatinya juga menunjukkan peran dan dukungan BUMN terhadap pengembangan ekonomi digital dan keberpihakan terhadap ekonomi kecil.

Baca juga: Telkomsel memastikan kesiapan jaringan telekomunikasi MXGP Sumbawa

“Sebagai ekosistem bisnis yang menaungi lebih dari 16 juta UMKM dan transaksi ratusan triliun per tahun, keberadaan GoTo sangat penting bagi ekonomi Indonesia. Peran BUMN (Badan Usaha Milik Negara) justru akan terasa nyata jika mereka bisa berinvestasi riil dan berdampak ke seluruh pelosok Indonesia seperti di GoTo ini,” tegas Fendi.

Ia menambahkan dengan semakin terbatasnya ruang pertumbuhan bisnis bagi industri telekomunikasi, langkah Telkomsel masuk ke industri digital diperkirakan akan mampu mendorong kinerja perusahaan tetap tumbuh positif dalam jangka panjang.

“Jadi sinergi ini sangat tepat, klop karena saling membutuhkan. Inilah yang menjadikan investasi Telkomsel di GoTo menjadi sangat strategis, karena dimensinya untuk berbisnis bersama dalam jangka panjang dengan mengoptimalkan setiap peluang dalam ekosistem,” kata Fendi.

Selama dua tahun masa pandemi, pendapatan perusahaan telekomunikasi secara global hanya naik tipis, yakni 3,5 persen pada 2020 dan 2,8 persen pada 2021. Bahkan di beberapa negara seperti Amerika Latin, Jepang dan Korea justru perusahaan-perusahaan telekomunikasinya sudah mengalami pertumbuhan negatif.

“Langkah Telkomsel masuk ke ekosistem digital terbesar di Indonesia seperti GoTo ini merupakan keniscayaan. Sebagai pelaku bisnis mereka (Telkomsel) butuh pasar-pasar baru yang potensial untuk menjamin bisnisnya tetap survive dan tumbuh berkesinambungan,” kata Fendi.