891 BALITA DI NTB MENDERITA GIZI BURUK

id

     Mataram, 5/1 (ANTARA) - Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat mencatat jumlah bayi bawah lima tahun yang menderita gizi buruk pada 2011 sebanyak 891 orang atau lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 750 anak.

     Kepala Bidang Bina Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Khairul Anwar, di Mataram, Kamis mengatakan, meningkatnya temuan bayi bawah lima tahun (balita) yang menderita gizi buruk karena adanya kegiatan pekan imunisasi yang dilakukan dua kali dalam satu tahun.

     "Pada bulan Oktober 2011 ada pekan imunisasi campak yang disertai dengan pemeriksaan kondisi gizi balita. Pada kegiatan itulah banyak ditemukan penderita gizi buruk. Semakin banyak ditemukan, maka upaya penanganan bisa dilakukan," ujarnya.

     Ia menyebutkan, balita penderita gizi buruk tersebar di 10 kabupaten/kota di NTB, yakni di Kabupaten Sumbawa 266 orang, Lombok Timur 203 orang, Dompu 80 orang, Lombok Barat 73 orang, Lombok Tengah 73 orang,  Lombok Utara 59 orang, Kota Mataram 53 orang, Kabupaten Bima 40 orang, Kota Bima 31 orang dan Kabupaten Sumbawa Barat 13 orang.

     "Melihat data tersebut, jumlah penderita gizi buruk terbanyak berada di Kabupaten Sumbawa, diikuti Kabupaten Lombok Timur," ujarnya.

     Menurut Khairul, seluruh balita penderita gizi buruk tersebut sudah mendapat penanganan medis. Ada yang dirawat inap di pusat kesehatan masyarakat dan rumah sakit milik pemerintah dan ada yang dirawat jalan.

     Rawat inap harus dilakukan karena pasien tersebut memiliki penyakit lain yang menyebabkan timbulnya gizi buruk, sedangkan yang dirawat jalan bukan termasuk gizi buruk klinis.

     Bagi yang dirawat jalan, kata dia, mendapat penanganan medis dan diberikan vitamin dan makanan tambahan yang memiliki kandungan gizi cukup untuk membantu pertumbuhan fisik dan pemulihan kondisi kesehatan.

     "Dengan upaya medis yang diberikan petugas kesehatan di puskesmas dan rumah sakit, sebanyak 397 dari 891 penderita gizi buruk pada 2011 sudah dinyatakan sehat," ujarnya.    

     Menurut Khairul, masih relatif tingginya balita yang menderita gizi buruk di NTB, sebagian besar disebabkan karena pola asuh ibu yang belum benar, terutama yang masih menyusui. Penyebab lain juga adalah penderita memiliki riwayat penyakit yang menyebabkan terjadinya gizi buruk.

     Oleh sebab itu, kata dia, hal yang paling penting dilakukan untuk mencegah meningkatnya kasus gizi buruk adalah dengan melakukan penyuluhan kepada kaum ibu melalui kader pos pelayanan terpadu (posyandu) yang ada di setiap desa atau kelurahan.

     "Kami juga sudah membentuk 40 puskesmas sebagai panti pemulihan gizi (PPG) yang tersebar di sejumlah kabupaten/kota di NTB. PPG itu menangani upaya pemberian makanan tambahan bagi balita untuk mencegah gizi buruk," ujarnya.