NTB SEBAR INFORMASI PERINGATAN DUA ABAD TAMBORA

id

Mataram, 17/9 (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) gencar menyebarluaskan informasi tentang peringatan dua abad meletusnya Gunung Berapi Tambora, di Pulau Sumbawa, yang diagendakan 11 April 2015.

"Ini salah satu ikon penyebaran informasi secara meluas terkait rencana peringatan dua abad meletusnya Gunung Berapi Tambora," kata Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Provinsi NTB Ridwan Syah, di sela-sela peluncuran bus pemadu moda Bandara Internasional Lombok (BIL), di Mataram, Senin.

Peluncuran bus pemadu moda BIL itu dilakukan Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi, usai upacara peringatan Hari Perhubungan Nasional 2012 Tingkat Provinsi NTB, yang digelar di halaman kantor Dishubkominfo NTB.

Sebanyak lima unit bus kapasitas 18 kursi bantuan Kementerian Perhubungan untuk kendaraan pemadu moda BIL, yang pengelolaannya dipercayakan kepada Perum DAMRI Stasiun Mataram.

Di sisi kiri dan kanan bus itu bertuliskan "Satu Hati Menyongsong Dua Abad Tambora", yang dimaksudkan agar penguna bus itu mulai mengetahui rencana peringatan dua abad meletusnya Gunung Berapi Tambora.

"Dalam upaya penyebarluasan informasi terkait rencana peringatan dua abad meletusnya Tambora itu, kami bekerja sama dengan PT Astrea Internasional Tbk," ujar Ridwan.

Ia mengakui, kelima bus pemadu moda BIL itu diserahkan secara resmi oleh Menteri Perhubungan Ever Ernest Mangindaan, di Jakarta, Selasa (29/5), yang diterima oleh Ridwan mewakili Gubernur NTB.

Pemberian lima unit bus itu merupakan jawaban atas permintaan Pemerintah Provinsi NTB sebelum BIL dioperasikan 1 Oktober 2011 dan diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dua puluh hari kemudian.

Selain bus DAMRI itu, taksi juga beroperasi di BIL yang terdata sebanyak 105 unit yang dikelola Koperasi Taksi Mataram (Kopatama) dan Lombok Baru, serta bus travel.

Sejauh ini, penumpang dari dan ke Bandara Internasional Lombok, setiap hari dapat mencapai 2.000 orang.

Dari jumlah itu, sekitar 400 penumpang menggunakan jasa transportasi DAMRI, dan sekitar 300 penumpang menggunakan jasa transportasi taksi, sehingga sekitar 1.300 orang penumpang pesawat lainnya diasumsikan menggunakan transportasi lainnya, termasuk jasa travel dan kendaraan jemputan.

Mengenai rencana peringatan dua abad meletusnya Tambora, Pemprov NTB mulai mempersiapkan "roadmap" atau pedoman teknis untuk menggelar peringatan dua abad meletusnya Gunung Berapi Tambora itu.

"Roadmap" itu merupakan acuan utama bagi instansi terkait untuk terlibat aktif dalam kegiatan memperingati dua abad meletusnya Gunung Tambora.

Pemprov NTB berharap "roadmap" itu didukung Keputusan Presiden (Keppres) sehingga selain unsur pemerintah daerah, juga adanya keterlibatan instansi terkait di tingkat pusat.

Terdapat tiga agenda besar dalam peringatan dua abad meletusnya Gunung Tambora, yakni kegiatan sosialisasi sekaligus promosi keunggulan Gunung Tambora, pengembangan situs dan daya tarik wisata, dan pengembangan infrastruktur pendukung seperti jalan dan pelabuhan laut.

Sejarah Tambora

Gunung Tambora atau Tomboro adalah sebuah stratovolcano aktif yang terletak di dua kabupaten di Pulau Sumbawa, yaitu Kabupaten Dompu (sebagian kaki sisi selatan sampai barat laut, dan Kabupaten Bima (bagian lereng sisi selatan hingga barat laut, dan kaki hingga puncak sisi timur hingga utara), Provinsi NTB.

Gunung Tambora terletak di sisi utara maupun selatan kerak oseanik, yang terbentuk oleh zona subduksi di bawahnya dan berada pada ketinggian sampai 4.300 meter persegi sehingga pernah menjadi salah satu puncak tertinggi di Nusantara dan mengeringkan dapur magma besar di dalam gunung itu, padahal diperlukan waktu seabad untuk mengisi kembali dapur magma tersebut.

Aktivitas vulkanik gunung berapi ini mencapai puncaknya pada bulan April tahun 1815 ketika meletus dalam skala tujuh pada Volcanic Explosivity Index.

Letusan tersebut menjadi letusan tebesar sejak letusan danau Taupo pada tahun 181, karena letusan Gunung Tambora terdengar hingga pulau Sumatera (lebih dari 2.000 km).

Abu vulkanik jatuh di Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Maluku. Letusan gunung ini menyebabkan kematian hingga tidak kurang dari 71.000 orang dengan 11.000—12.000 di antaranya terbunuh secara langsung akibat dari letusan tersebut.

Bahkan beberapa peneliti memperkirakan sampai 92.000 orang terbunuh, meski angka tersebut diragukan karena berdasarkan atas perkiraan yang terlalu tinggi lantaran tiga kerajaan yakni Kerajaan Pekat, Tambora dan Sanggar, dilaporkan ikut terkubur.

Saat itulah diperkirakan kapal kuno terkubur bersama awaknya dalam letusan Gunung Tambora.

Selain itu, letusan Gunung Tambora juga menyebabkan perubahan iklim dunia, yang mencuat satu tahun berikutnya (1816) yang sering disebut sebagai tahun tanpa musim panas karena perubahan drastis dari cuaca Amerika Utara dan Eropa karena debu yang dihasilkan dari letusan Tambora itu.

Akibat perubahan iklim yang drastis ini banyak panen yang gagal dan kematian ternak di Belahan Utara yang menyebabkan terjadinya kelaparan terburuk pada abad ke-19. (*)