DINAS PERKEBUNAN NTB GELAR FESTIVAL KOPI

id

     Mataram, 27/12 (ANTARA) - Dinas Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Barat akan menggelar Festival Kopi untuk memperkenalkan jenis produk kopi olahan dari berbagai sentra produksi kepada masyarakat luas.
     Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Barat Hj Hartina, di Mataram, Kamis, mengatakan, Festival Kopi tersebut akan digelar pada Kamis malam (27/12) di pusat perbelanjaan Mataram Mall.
     "Kami sengaja memilih Mataram Mall sebagai lokasi festival karena tempat itu setiap hari dikunjungi ribuan masyarakat dari berbagai pelosok NTB," katanya.
     Ia mengatakan, beberapa jenis kopi olahan khas NTB yang akan dipamerkan, seperti kopi "specialty" dari Tepal, Kecamatan Batulanteh, Kabupaten Sumbawa, dan kopi "specialty" Rinjani, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, serta kopi Tambora, Kabupaten Dompu.
     Pihaknya juga akan mengundang para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dari seluruh kabupateb/kota di NTB, yang memproduksi kopi olahan.
     Panitia penyelenggara juga akan menyajikan kopi siap minum untuk  para pengunjung Mataram Mall, sehingga mereka bisa merasakan nikmatnya kopi khas NTB.
     Menurut dia, kopi "specialty" merupakan kopi yang memiliki cita rasa khas sesuai dengan kondisi geografis daerah pengembangannya.
     Kopi "specialty" sudah bisa disejajarkan dengan kualitas kopi Kintamani, Bali, dan kopi Gayo, Aceh.
     "Kualitas kopi siap ekspor tersebut cukup bagus, sehingga harga beli di tingkat petani mencapai Rp35 ribu per kilogram biji kering," ujarnya.
     Menurut Hartina, adanya peningkatan kualitas hasil panen tidak lepas dari upaya Dinas Perkebunan Provinsi NTB bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Jember, Jawa Timur, yang melakukan pembinaan terhadap petani sejak 2009.
     Upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas kopi specialty adalah perbaikan dari sisi budi daya, penanganan pascapanen, peningkatan sumber daya manusia, pemberian bantuan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan usaha tani kopi.
     "Sebelum ada program peningkatan kualitas kopi "specialty, para petani di dua sentra produksi itu banyak yang memanen kopi dalam kondisi masih muda karena ingin cepat dapat uang, sehingga harga kopinya relatif rendah. Tapi sejak tahun ke-3, mulai ada hasil dari pembinaan yang kami berikan," ujarnya.

(ant)