Film Indonesia bersaing di kancah global lewat kearifan lokal

id film, film Indonesia,film Indonesia di kancah global,hilmar farid, ahmad mahenddra

Film Indonesia bersaing di kancah global lewat kearifan lokal

Delegasi Indonesian Entourage di Clermont-Ferrand Short Film Festival, Paris, Perancis, beberapa waktu lalu. (ANTARA/HO- Dokumentasi Pribadi)

Jakarta (ANTARA) - Film Indonesia kembali menunjukkan tajinya dengan tampil di berbagai ajang tingkat dunia, mulai dari Clermont Ferrand International Short Film Festival 2023 di Paris (Prancis), hingga International Film Festival Rotterdam 2023 di Belanda.

Tujuh karya sinema pendek Indonesia yang tampil pada ajang Clermont Ferrand International Short Film Festival 2023, di antaranya "Ride to Nowhere", "Toya dan Roh Seninya", "Teh Tawar untuk Akong", "Dancing Colors", "Bawang Merah Bawang Putih", "Jamal", dan "Nusa Antara".

Sementara pada ajang International Film Festival Rotterdam 2023, film yang tayang pada ajang tersebut adalah "Like & Share" karya Gina S Noer, "Sri Asih" karya Joko Anwar, "Deadly Love Poem" (Puisi Cinta yang Membunuh) karya Garin Nugroho, "Mayday! May Day! Mayday!" karya Yonri Revolt, "The Myriad of Faces of The Future Challengers" karya Yuki Aditya dan I Gde Mika, "Evacuation of Mama Enola" karya Anggun Priambodo, serta "Marsiti dan Sapi Sapi" karya Wisnu Surya Pratama.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid meyakini bahwa tampilnya film-film Indonedia itu tidak lepas dari pembinaan sineas yang dilakukan oleh pemerintah.
 

Tiga film pendek yang tampil pada ajang Clermont Ferrand International Short Film Festival 2023, merupakan jebolan kompetisi produksi yang digelar Kemedikbudristek, yakni "Ride to Nowhere" (Tahun 2021), "Toya dan Roh Seninya" (Tahun 2022), serta "Teh Tawar untuk Akong" (Tahun 2022).

Tampilnya film nasional di pentas internasional itu memacu Kemendikbudristek untuk terus memperkuat ekosistem perfilman Indonesia.

Terdapat tujuh aspek dalam ekosistem perfilman, yakni pendidikan perfilman, pengarsipan film, apresiasi dan literasi perfilman, kreasi, produksi, distribusi, dan eksibisi.

Untuk pendidikan perfilman, di antaranya diselenggarakan melalui workshop perfilman dan juga sertifikasi profesi. Berikutnya pengarsipan film melalui kegiatan restorasi empat film panjang, dan digitalisasi 150 judul film.

Sementara pada aspek apresiasi dilakukan melalui sejumlah penyelenggaraan festival perfilman, pendukungan film Indonesia di festival internasional, pendukungan kegiatan perfilman berbasis komunitas, dan nonton film bareng. Pada aspek literasi perfilman, di antaranya melalui lomba ulas film dan diskusi film di sekolah dan komunitas.

Pada aspek kreasi dan produksi, di antaranya melalui program matching fund, kompetisi produksi film pendek dan Indonesiana film. Untuk distribusi melalui program belajar dari rumah di TVRI pada 2020, pemutaran film bekerja sama dengan KBRI/KJRI di luar negeri, dan peluncuran Indonesiana TV sejak September 2021.

Berikutnya pada aspek eksibisi dilakukan melalui program pekan film di luar negeri bekerja sama dengan KBRI dan dukungan pelaksanaan program Aktara. Kita lihat saat ini, selalu muncul produksi film-film berbobot dan mengedukasi dari para sineas di tanah air. "Di sini, pemerintah (Kemendikbudristek) akan berupaya memfasilitasi sineas itu agar dapat menuangkan pemikiran kreatifnya,” kata Hilmar.

Partisipasi film pada kancah dunia diyakini berpengaruh besar dalam menunjukkan karakter Indonesia sebagai bangsa kaya budaya dan etika masyarakatnya kepada negara-negara di dunia melalui karya seni.

Kemendikbudristek mengapresiasi semangat sineas Indonesia untuk kontribusi karya berkualitasnya meski dalam beberapa tahun terakhir diuji situasi pandemi COVID-19. Ternyata kegigihan para sineas kita memberi karya hebat yang mampu mengharumkan nama Indonesia di tingkat Internasional selalu berkobar.

Selama dua tahun terakhir dalam keadaan pandemi, justru film Indonesia kerap menuai pujian dan pengakuan amat besar dari dalam maupun luar negeri dengan berbagai penghargaan yang diraih para sineas nasional.
 

Kearifan lokal

Direktur Perfilman, Musik, dan Media Kemendikbudristek Ahmad Mahendra mengatakan pihaknya berkomitmen mendukung sineas untuk dapat berkancah pada ajang global.

Ini merupakan dukungan Direktorat Perfilman, Musik, dan Media dalam mengapresiasi para aktris dan sineas Indonesia yang telah berkarya serta membawa nama baik Indonesia di dunia internasional.

Selain ekosistem perfilman yang dibentuk sedemikan rupa, juga tak lepas dari film-film Indonesia yang mengangkat kearifan lokal yang ada di Tanah Air. Kekayaan budaya Indonesia tersebut berhasil memukau penikmat film global. Film-film Indonesia yang ditampilkan di luar negeri mendapat pujian karena keberagamannya, mulai dari etnis hingga budaya.

Keberagaman yang ada di Indonesia sangat menarik bagi penonton luar negeri. Saat ini banyak film-film kita yang mengangkat budaya setempat dan bahkan menggunakan bahasa lokal, tetapi tetap ada terjemahannya. Sehingga siapapun bisa memahami dialognya.

Baca juga: Smith dan Martin Lawrence dalam sekuel keempat "Bad Boys"
Baca juga: Berikut film dan drama korea yang siap ditonton Februari 2023

Kearifan lokal menjadikan keunikan sendiri bagi film asal Indonesia. Dengan demikian film-film Indonesia dapat dengan mudah tampil di kancah global. Keberhasilan pada festival internasional di Prancis dan juga Belanda tersebut mengulang hal yang sama ketika lima film Indonesia juga masuk dalam perhelatan Busan International Film Festival (BIFF), di Korea Selatan, pada Oktober 2022.

Selain itu, prestasi sineas Tanah Air juga diukir oleh aktris senior kenamaan Christine Hakim yang ikut bermain dalam film internasional berjudul The Last Of Us. Film yang dibintangi Christine Hakim tersebut telah ditayangkan di Los Angeles, Amerika Serikat, pada 9 Januari lalu di kanal HBO serta HBO Max dan mampu meraup 5,7 juta penonton saat penayangan perdana.