Kondisi lima penderita gizi buruk memprihatinkan

id Giji buruk

Kondisi lima penderita gizi buruk memprihatinkan

Ilustrasi - bayi penderita giji buruk. (1)

Mataram (Antara NTB) - Pihak Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara menyatakan kondisi lima penderita gizi buruk yang dirawat sangat parah, bahkan satu di antaranya, yakni Khairul (4), meninggal dunia, pada Senin.

"Dia meninggal sekitar pukul 00.00 WITA, karena kondisinya sudah parah, dehidrasi parah dengan beberapa indikasi, ibaratnya dia komplikasi. Jenazahnya sudah dipulangkan," kata Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Solikin, di Mataram, Senin.

Ia mengatakan, kondisi fisik Khairul tergolong kritis karena tubuhnya terlihat kurus sekali. Orang tua anak malang dari Desa Kumbung, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Lombok Barat, itu tergolong keluarga kurang mampu.

"Kondisinya tergolong parah karena termasuk gizi buruk dengan infeksi disertai diare terus menerus," ujarnya.

Selain Khairul, kata Solikin, pihaknya juga masih merawat empat orang anak penderita gizi buruk yang juga dalam kondisi parah.

Dua orang di antaranya berasal dari Kabupaten Lombok Barat, satu orang dari Kota Mataram, dan satu orang dari Kabupaten Lombok Utara.

Kondisi fisik satu orang anak penderita gizi buruk dari Lombok Barat bernama Ipan Padila, dari Kecamatan Gunungsari, juga cukup memprihatinkan karena sangat kurus dan didiagnosa memiliki penyakit tuberkulosis (TBC).

TBC adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat, sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru atau 90 persen dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

Sementara penderita gizi buruk dari Kabupaten Lombok Utara, lanjut Solikin, bernama Rika Ayu Tantri, didiagnosa menderita kanker darah dan mata sebelah kiri tidak berfungsi serta menderita penyakit kulit.

Kondisi Rika yang sangat memprihatinkan diperparah dengan status perkawinan orang tua mereka yang sudah bercerai, sehingga tidak mendapatkan kasih sayang dari keduanya.

"Ibunya menjadi tenaga kerja wanita ke Arab Saudi, bapaknya nikah lagi, jadi yang mengurus neneknya. Kami sudah coba hubungi bapaknya, sampai sekarang tidak datang," katanya.

Seluruh pasien, kata dia, sudah mendapatkan perawatan di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) sebelum dirujuk ke rumah sakit.

Untuk penanganan di rumah sakit melibatkan tenaga dokter spesialis anak, penyakit dalam dan dokter spesialis penyakit lainnya sesuai dengan hasil pemeriksaan tim medis.

"Kami memberikan penanganan medis sesuai standar prosedur operasional, tidak berdiri sendiri. Kami komperehensif memberikan perawatan sampai pasien benar-benar pulih kembali," kata Solikin. (*)