"Ya, kita permudah saja. Dipermudah saja," kata Ganjar usai menghadiri acara pembekalan 1.500 Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis.
Ia tidak sempat merinci kemudahan apa yang dimaksud terkait batas usia di lowongan pekerjaan itu. Namun sosok pekerja Indonesia yang ideal, menurut dia, sempat tercermin dalam materi yang disampaikan Ganjar saat pembekalan CPMI di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Menurut Ganjar, pekerja Indonesia membutuhkan dua hal agar dapat berkinerja secara optimal di mana pun, yaitu disiplin dan profesional. "Pekerja migran dari Indonesia itu selalu disiplin, pekerja dari Indonesia itu selalu profesional, berkinerja yang sangat optimal. Tunjukkan itu di luar sana, kalian terampil, sehingga akan dihargai dan dihormati," kata Ganjar.
Salah satu kebijakan yang bisa didorong dan sudah tepat, menurut Ganjar, jika yang diutamakan adalah keterampilan, kedisiplinan dan dedikasi serta profesionalitas.
"Adapun yang bisa disiapkan pemerintah ke depan adalah dari sisi jumlah dan dari sisi kebutuhan. Sehingga secara vokasi, mungkin kita siapkan sekolahnya dengan baik, mengarahkan anak-anak kita dengan baik, sehingga kelak kemudian seluruh lapangan kerja itu bisa diisi oleh anak-anak yang hebat ini," kata Ganjar.
Sebelumnya, Ganjar sudah bertemu lulusan Sekolah Menengah Pertama asal Purwodadi, Jawa Tengah, Samsul Hadi, yang bisa berbicara dalam bahasa Korea Selatan dengan lancar di acara pembekalan di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Kisah Samsul
Samsul melamar pekerjaan ke Negeri Ginseng, hanya berbekal ijazah SMP. Tapi berkat mempelajari bahasa Korea Selatan dalam waktu delapan bulan, Samsul bisa lulus tes menjawab 10 soal mendengarkan dan 10 soal membaca di Semarang hingga sampai tahap pembekalan BP2MI di Jakarta.
Samsul lulus SMP pada 2014 dan tak melanjutkan ke jenjang berikutnya karena terkendala ekonomi keluarga. Samsul saat dites Ganjar, berhasil membuktikan bisa melakukan percakapan sehari-hari dalam bahasa Korea Selatan dengan lancar.
Baca juga: BP2MI memecat pegawai melakukan pungli di Bandara Soekarno-Hatta
Baca juga: Penambahan SDM perkuat lembaga lindungi pekerja migran
Tak hanya itu, Samsul ternyata memiliki pengalaman bekerja di bidang konstruksi jalan tol di Jawa Tengah meski cuma sebagai pembuat kerangka besi untuk beton dan digaji Rp100 ribu per hari. Kini, Samsul menikmati buah dari perjuangannya karena diterima bekerja di perusahaan manufaktur di distrik Yongsan, Seoul, Korea Selatan dengan gaji 2.000.000 Won atau sekitar Rp24 juta.
Ganjar optimistis model seperti ini masih bisa direplikasi sehingga tenaga kerja Indonesia ke depan akan lebih dihormati dan diakui di kancah industri.