Banyak pihak atasi tantangan perkebunan kakao Indonesia

id Bogor, kakao, Askindo, perkebunan, cokelat

Banyak pihak atasi tantangan perkebunan kakao Indonesia

Tim Kemenperin bersama dengan para narasumber, peneliti dan pengusaha foto bersama usai acara acara kongkow sobat industri dengan tema "mengenal manisnya cokelat lokal" di Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (29/11/2023). (ANTARA/Linna Susanti)

Kota Bogor (ANTARA) - Ketua Asosiasi Petani Kakao (Askindo) Arif Zamroni berharap banyak pihak, baik pemerintah, pengusaha peneliti dan komunitas terlibat dalam  mengatasi tiga tantangan perkebunan kakao lokal Indonesia yang menjadi salah bahan baku industri cokelat tersebar di dunia.
 

"Bagaimana mengelola kebun kakao seperti merawat bayi, perlu atensi besar bagi petani agar tetap bisa tertarik menanam kakao," kata Arif saat diskusi  "Mengenal Manisnya Cokelat Lokal" di Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu.

Arif mengemukakan terdapat tiga tantangan pengembangan perkebunan kakao lokal Indonesia yakni kesejahteraan petani, produktivitas yang menurun dan permintaan bahan baku coklat dunia yang meningkat.

Indonesia, kata Arif, menjadi negara tiga besar produsen bahan baku cokelat yakni kakao. Terdapat satu juta petani yang masih terlibat dalam mengembangkan perkebunan kakao Indonesia. 

Namun demikian, terdapat tantangan kesejahteraan para petani yang rata-rata sudah di usia renta, juga mengancam keberlangsungan generasi muda untuk mau ambil bagian menjadi petani kakao. 

Saat ini, bahan baku kakao untuk cokelat yang diproduksi di Indonesia malah mengandalkan impor sejak beberapa tahun terakhir. Menurut Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Kemenperin Edy Sutopo pada tahun 2014, dari kebutuhan bahan baku biji kakao sekitar 363 ribu ton 70 persen dipasok dari produksi dalam negeri. Tapi pada tahun 2022, pasokan dalam negeri menurun hanya 45 persen. 

"Jadi perlu ada terobosan-terobosan, belum lagi kita bicara usia petani saat ini sudah semakin tua, jadi ini perlu ada regenerasi bagi petani Cacao dan digantikan milenial," katanya.

Arif  menilai upaya-upaya dalam membuat para petani milenial tertarik untuk menanam kakao menjadi tantangan, bagaimana sektor perkebunan kakao menjadi agrobisnis dan semua dari sisi ekonomi bisa memberikan manfaat kepada petani, di sisi lain bisa memenuhi kebutuhan industri. 

Kemudian, lanjutnya, tantangan global untuk sektor kakao, ternyata pertumbuhan permintaan coklat di dunia itu 3,5 persen sampai 4,5 persen, selalu meningkat setiap tahun. Arif berpendapat investasi di sektor kakao masih tetap menjanjikan karena permintaan semakin meningkat. Di Indonesia tanaman masih banyak dan lahan masih bisa dikembangkan.

Baca juga: BRIN rilis empat varietas baru tanaman pinang
Baca juga: Luwuk Timur dorong pengembangan kakao berbasis desa

"Intinya ini sesuatu yang memiliki peluang bisnis yang bagus, ini seharusnya menjadi salah satu bagaimana produksi kakao di Indonesia semakin meningkat, kemudian ada permintaan pasar, yang spesifik, mestinya kita anggap peluang untuk bisa memenuhi permintaan global dunia," katanya.