Laskar Sasak gelar konsolidasi Lombok Mercusuar menggaungkan silaturahmi

id Laskar Sasak,Lombok Timur,Sasak

Laskar Sasak gelar konsolidasi Lombok Mercusuar menggaungkan silaturahmi

Puluhan tokoh adat bersama ratusan orang anggota Laskar Sasak menggelar Konsolidasi Lombok Marcusuar, sebagai upaya silaturahmi berbagai elemen baik  tokoh agama dan tokoh masyarakat di Desa Montong Baan, Sikur, Lombok Timur Sabtu (9/12). 

Selong, Lombok Timur (ANTARA) - Puluhan tokoh adat bersama ratusan orang anggota Laskar Sasak menggelar Konsolidasi Lombok Marcusuar, sebagai upaya silaturahmi berbagai elemen baik  tokoh agama dan tokoh masyarakat di Desa Montong Baan, Sikur, Lombok Timur Sabtu (9/12). 

Kegiatan tersebut digelar sejak sore hari hingga Minggu dini hari menyusul dipertontonkan kesenian adat yang dikemas dalam tajuk  malam "Rudat".

Selain untuk saling bersilaturahmi, dalam kegiatan ini juga dibahas penguatan persatuan, untuk menjaga kondusifitas daerah tetap Rukun Damai dan Tentram sebagaimana tema yang disematkan.

Pembina Laskar Sasak Lombok Marcusuar, Wahyu Adisiswanto menyampaikan  pertemuan lintas tokoh masyarakat adat Lombok ini, dimaksudkan untuk saling meneguhkan semangat dalam persatuan dan agar tetap mengikat masyarakat dengan leluhurnya dalam budaya, khususnya sebagai warga Suku Sasak Lombok. 

Lebih jauh, dia mengatakan Laskar Sasak merupakan sebuah komponen pemersatu, dan Lombok Marcusuar berarti cahaya yang menjadi tumpuan atau pusat peradaban.

"Kita namakan malam konsolidasi ini dengan Malam Rudat yang merupakan singkatan dari Rukun Damai Tentram. Kemudian dikatakan Marcusuar juga, marcusuar itu ya menjadi cahaya yang mempertemukan dalam silaturahim tujuan utama kita untuk menguatkan rasa persaudaraan dan kesatuan," ucapnya.

Wahyu Adisiswanto yang kini telah menjadi Penjabat Bupati Kabupaten Pidie Provinsi Aceh ini juga bahkan membawa filosofi Lombok Marcusuar tersebut ke daerah yang dipimpinnya. Di mana cahaya dari Marcusuar itu sendiri berwarna kuning, merah dan hijau yang memiliki makna kasih sayang. 

Begitupun erat kaitannya dengan Rudat itu sendiri, yang tidak hanya menjadi kesenian tradisi bagi masyarakat suku sasak, melainkan juga menjadi ajang pemersatu bangsa.

"Saya melihat juga di Aceh itu sama, ada warna kuning, merah dan hijau yang berdasarkan kasih sayang. Kuning kasih sayang antara manusia dan tuhan. Merah sebagai warna darah, menjadi kasih sayang antara manusia dengan manusia," katanya.