Unram Latih Warga Lombok Utara Deteksi Makanan

id Unram NTB

Unram Latih Warga Lombok Utara Deteksi Makanan

Rektor Unram Prof H Sunarpi foto bersama dengan para pemateri dan peserta pelatihan di Kabupaten Lombok Utara. (Ist) (1)

"Masyarakat belakangan ini diresahkan dengan temuan pangan berbahaya mengandung formalin, boraks dan rhodamin"
Mataram (Antara NTB) - Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram memprogramkan pelatihan pengenalan dan mendeteksi makanan mengandung zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan kepada warga Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.

Dekan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri (Fatepa), Universitas Mataram (Unram) Prof Sri Widyastuti, di Mataram, Senin, mengatakan pelatihan yang dipusatkan di Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, tersebut merupakan salah satu agenda dalam kegiatan pengabdian masyarakat, sekaligus rangkaian kegiatan Dies Natalis ke-54 Unram.

"Masyarakat belakangan ini diresahkan dengan temuan pangan berbahaya mengandung formalin, boraks dan rhodamin. Melihat masalah itu, Unram merasa perlu melatih warga di perdesaan mengenal dan mendeteksi jenis-jenis makanan berbahaya agar tidak dikonsumsi," katanya.

Widyastuti mengatakan, untuk mengetahui makanan berbahaya bagi kesehatan, masyarakat diajarkan cara mudah dan murah mendeteksi makanan yang tekontaminasi bahan-bahan berbahaya.

Caranya dengan menggunakan stik yang dicelupkan ke kunyit segar yang telah dihaluskan. Kemudian, stik tersebut dicelupkan ke bahan makanan. Bila stik berubah warna menjadi merah, maka makanan tersebut teridentifikasi mengandung boraks dan jika berwarna ungu teridentifikasi mengandung bahan pengawet formalin.

"Dengan metode yang sederhana, masyarakat bisa lebih mudah mengenal bahan makanan yang aman dikonsumsi," ujarnya.

Selain pelatihan pengenalan dan mendeteksi makanan mengandung zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan, Fatepa Unram juga memberikan pelatihan pengolahan limbah menjadi energi alternatif dengan memperkenalkan masyarakat mengolah kotoran ternak menjadi biogas.

Ada juga pelatihan pengolahan dan peningkatan mutu air nira serta pelatihan teknik pengolahan empon-empon secara instan.

Menurut dosen Fapeta Unram, Zainuri, ketahanan air nira atau yang biasa disebut oleh masyarakat di Pulau Lombok "tuak manis" mentah sangat terbatas, yakni kurang dari 12 jam.

Untuk itu, air nira bisa diolah hingga bisa bertahan lebih lama. Proses pengolahannya cukup sederhana. Air nira bisa dicampur dengan gula manis, jahe, dan benzoat, kemudian dimasak hingga mendidih dan disterilisasi serta dikemas dalam bentuk botolan.

"Bisa bertahan seminggu di luar, atau sebulan di dalam mesin pendingin," katanya. (*)