Akseptor Program KB MOW di Mataram lampaui target pada 2023

id program kb mataram,kontrasepsi wanita,pelayanan kb

Akseptor Program KB MOW di Mataram lampaui target pada 2023

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Mataram H Muhammad Carnoto. (ANTARA/Nirkomala)

Mataram (ANTARA) - Jumlah akseptor Program KB dengan metode operasi wanita atau MOW di Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, melampaui target yang telah ditetapkan pada tahun 2023.

"Peminat MOW biasanya tidak terlalu tinggi, sehingga untuk target MOW tahun 2023 ditetapkan 27 sasaran. Tapi, ternyata realisasi mencapai hampir 500 akseptor," kata Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Mataram H Muhammad Carnoto di Mataram, Rabu.

Menurut dia, banyaknya pengguna MOW merupakan salah satu indikasi bahwa program komunikasi, informasi, dan edukasi yang dijalankan telah meningkatkan pemahaman warga mengenai pentingnya kontrasepsi dan perencanaan kelahiran.

Ia menjelaskan bahwa layanan MOW disediakan bagi pasangan usia subur yang memenuhi persyaratan, antara lain, berusia minimal 30 tahun, sudah punya dua anak, usia anak paling kecil minimal lima tahun, dan tidak sedang hamil.

"Apabila pasangan usia subur tidak memenuhi syarat tersebut, maka penggunaan MOW belum bisa diberikan," katanya.

Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana menyampaikan bahwa angka kelahiran total di Kota Mataram saat ini 2,13.

Pemerintah Kota Mataram mengupayakan angka kelahiran total di wilayahnya terjaga dengan menjalankan Program KB. Carnoto menyampaikan bahwa Kampung Keluarga Berkualitas (KB) sudah terbentuk di 50 kelurahan yang ada di wilayah Kota Mataram.

Baca juga: Gebyar 1.000 akseptor metode kontrasepsi di Surabaya
Baca juga: Kota Mataram melampaui target peningkatan peserta program KB

Kampung KB memadukan penyelenggaraan upaya pemberdayaan dan penguatan institusi keluarga guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia, keluarga, dan masyarakat. Kampung KB menjalankan program-program untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas, termasuk penyuluhan mengenai kesehatan keluarga dan keluarga berencana.

"Termasuk masalah kesehatan ibu dan anak serta stunting, sehingga ketika ada gejala gangguan kesehatan keluarga bisa terdeteksi lebih dini," kata Carnoto.