Distan Mataram mendorong warga kembangkan hortikultura melalui P2L

id P2L Mataram,Distan,Komoditas Lombok

Distan Mataram mendorong warga kembangkan hortikultura melalui P2L

Kegiatan pengembangan tanaman hortikultura organik melalui program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) di Lingkungan Perigi Dasan Agung, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, melalui pemanfaatan pekarangan. (ANTARA/Nirkomala)

Mataram (ANTARA) - Dinas Pertanian Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mendorong warga di kota itu mengembangkan tanaman hortikultura melalui program pekarangan pangan lestari (P2L).

Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kota Mataram HM Saleh di Mataram, Senin, mengatakan, saat ini program P2L di Mataram tercatat sebanyak 56 kelompok di 50 kelurahan se-Kota Mataram.

"Artinya program P2L sudah ada di masing-masing kelurahan se-Kota Mataram, bahkan ada yang punya dua kelompok P2L," katanya kepada sejumlah wartawan.

Dikatakan, program P2L ini merupakan salah satu program yang dapat diandalkan di wilayah perkotaan, sebab dengan keterbatasan lahan masyarakat dapat tetap menanam hortikultura dengan memanfaatkan pekarangan agar lebih produktif.

Melalui pemanfaatan pekarangan dengan sistem "urban farming" melalui kelompok wanita tani (KWT) dan P2L, maka masyarakat dapat memastikan hasil tanaman merupakan tanaman organik.

"Hanya di KWT dan P2L kita bisa pastikan kalau hasil tanaman mereka adalah tanaman organik," katanya.

Sementara, untuk hasil tanaman petani terbuka atau petani penyewa (penggarap), belum dapat dipastikan sebab penyewa lahan akan selalu berubah-ubah dan belum tentu mau menanam dengan sistem organik.

Baca juga: BI NTB mendorong ekspor komoditas perkebunan unggulan Lombok Utara
Baca juga: Penggunaan Plasma ozon bantu penyimpanan hasil pertanian


"Kendala kita memang status petani Mataram lebih banyak petani penggarap. Jadi kalau petani sebelumnya menerapkan sistem organik, penyewa selanjutnya belum tentu mau," katanya.

Lebih jauh Saleh mengatakan, potensi yang dihasilkan P2L sekaligus sebagai langkah pemerintah dalam upaya pengendalian inflasi. Misalnya, ketika harga cabai naik, masyarakat di P2L tidak harus mengeluarkan uang untuk membeli cabai tapi mereka bisa panen setiap hari dengan cabai yang ditanam.

Begitu juga untuk kebutuhan sayur-sayuran lain sebab semua kelompok P2L diharuskan menanam cabai dan hortikultura lain sebagai alternatif. Dengan demikian, lanjutnya, anggota P2L bisa berhemat membeli cabai dan sayuran sehingga bisa menggunakan uang untuk kebutuhan rumah tangga yang lain.

"Hal itu sesuai dengan tujuan program P2L, yakni meningkatkan taraf ekonomi dan kesejahteraan keluarga," katanya.