Tergiring mesin waktu di jantung Ibu Kota Jakarta

id kuliner nusantara,inspirasi menu berbuka,hidangan keluarga,jajanan kaki lima,kuliner kaki lima,kuliner tempo dulu,nostal

Tergiring mesin waktu di jantung Ibu Kota Jakarta

Aneka kue kering lebaran berhiaskan tasbih dan ketupat menjadi simbol identik hadirnya bulan Ramadhan. (ANTARA/Nabila Charisty)

Jakarta (ANTARA) - Sambil mengamati sekeliling selama lima menit saja, pengunjung seakan terbawa ke suasana 1970-an saat dinding kayu berlapis marmer dengan warna sendu menyambut setiap tamu yang datang. Lorong pintu masuk yang mengarah ke Restoran Cinnamon itu, bahkan memukau para tamu, kala seni patung kontemporer memberikan senyuman melalui kilauan logam yang terpancar saat sorot lampu memancarkan sinar di sepanjang lorong.
 

Apalagi setelah para tamu menikmati aneka kue jadul, seperti kue lapis surabaya, kue cucur, kue cantik manis hunkwe, kue bugis, hingga bolu talas, rasanya mengingatkan pada memori masa lalu. Masa saat keluarga berkumpul kala mengadakan acara dengan mengundang tetangga, kerabat, dan sanak saudara berkerumun sambil bercengkrama.

Aneka kue jajanan pasar yang terdiri dari lapis surabaya, cantik manis hunkwe, cucur, kue soes, hingga cemilan manis nan mungil lainnya merupakan sejenis kue yang telah ada sejak lama. (ANTARA/Nabila Charisty)

Inilah setitik suguhan yang dipersembahkan Mandarin Oriental Jakarta. Pada Ramadhan 2024 ini, Mandarin Oriental Jakarta sengaja ingin mengajak para tamu bernostalgia dengan aneka hidangan keluarga yang autentik, yang bisa membawa seseorang mengenang masa lalu.

"Memang saya akui banyak tema masakan yang disajikan di hotel dan restoran lain. Tahun lalu kami mempersembahkan Masakan khas Nusantara, tetapi tahun ini kami ingin fokus pada menu autentik dan mudah untuk dinikmati, layaknya menu rumahan atau keluarga yang bisa kita temui di jalanan (kaki lima),” kata Director Food and Beverage Mandarin Oriental Jakarta Jun Choi, kepada ANTARA.

Di salah satu hotel tertua yang berlokasi di jantungnya Kota Jakarta itu, mempersembahkan menu hidangan Ramadhan yang di setiap suapnya terkandung cita rasa legendaris, yang hanya ada di masa lalu.

Bila sejak dahulu, Kota Jakarta dikenal sebagai wilayah ingar-bingar yang menyimpan sejuta cerita karena kerap menjadi tempat pertemuan kelompok-kelompok etnis dari berbagai kawasan Nusantara. Maka, di restoran ini pula warisan khazanah kuliner Nusantara hasil akulturasi budaya diperkenalkan kepada para tamu dari lintas generasi.

Pakar kuliner terkemuka Indonesia William Wongso  mengungkapkan, dahulu kuliner Nusantara sudah diperkenalkan sejak ratusan tahun silam, salah satunya oleh para penjual kuliner kaki lima, dengan menjajakan dari rumah ke rumah maupun menjualnya dengan gerobak di lokasi yang menetap.

“Kaki lima itu sudah ada dari sebelum restoran -restoran menjual hidangan Nusantara. Kala itu jajanan kaki lima merambah pasar menjadi warung makan. Zaman aku masih di Surabaya, Penjual kuliner kaki lima justru eksis selama puluhan tahun itu, bahkan lebih banyak dan ramai dibandingkan restoran.

Kalau di Jakarta, karena banyak pendatang dari berbagai wilayah, maka jenis makanan yang dijualnya pun bervariasi. Bahkan, cara menjajakannya pun juga beragam, dari mulai dipikul, mondok di satu tempat, hingga restoran di pusat perbelanjaan,” kata ahli kuliner yang menguasai seni masakan Eropa dan Asia itu.

Menu Kambing guling, misalnya, hidangan utama yang menjadi menu andalan mereka itu memiliki banyak peminat saat pertama kali gerai buffet dibuka. Bahkan, menu tersebut, menurut penuturan Junior Sous Chef M. Arif Rahman, kerap menjadi hidangan spesial yang hanya dikeluarkan saat acara resepsi pernikahan saja.

Pewarta ANTARA pun berkesempatan mencoba langsung kelezatan makanan yang cita rasanya ada perpaduan dari timur tengah itu. Kala itu, hidangan disajikan lengkap dengan nasi kebuli, irisan acar mentimun cabai, sambal, dan aneka kerupuk.

Saat mencicipi dagingnya cukup empuk, rasanya sedikit gurih, bahkan bau prengus kambingnya saja nyaris tidak tercium. Ini karena para chef melumuri daging kambing dengan rempah-rempah.

“Sebelum me-roasting (memanggang) atau membakar daging ke dalam oven, biasanya kami memarinasi daging kambing lebih dulu. Cara ini untuk meminimalisasi tekstur daging yang kurang bagus. Proses marinasi dilakukan selama tiga hari sampai bumbu rempah meresap ke dalam lapisan serat daging. Kami juga mengurangi bau yang kuat pada daging kambing aneka bahan dapur, seperti serai, ketumbar, dan aneka rempah lainnya yang dapat meminimalisasi bau tidak sedap dari kambing,” kata Chef Arif.

Menu hidangan keluarga lainnya ada Asem-Asem Iga Palembang. Sajian berkuah khas Demak dari tradisi dapur peranakan Tionghoa ini memiliki rasa dominan asam. Junior Sous Chef Arif Rahman pun turut meraciknya secara khusus untuk penulis. Asem-asem berbahan utama daging sapi. Bila umumnya daging sapi dipotong dadu, Sous Chef Arif mengirisnya dengan ukuran cukup besar. Untuk kuahnya, Chef Arif membuat dari rendaman asam jawa, belimbing wuluh, dan atau tomat hijau.

Waktu memasaknya pun tidak terlalu lama, sebab bumbunya minimalis, sehingga masakan ini termasuk sajian keluarga maupun jamuan untuk tamu yang datang ke rumah yang mudah dibuat oleh para ibu.

Meski hidangan utama umumnya menyajikan menu kuliner tradisional, khususnya masakan keluarga, namun di hotel yang berdiri pada 1978 itu juga menyajikan menu internasional yang melengkapi variasi saat berbuka puasa, seperti Sushi Fusion, BBQ Alfresco yang disajikan langsung dari bara api, dan masih banyak lagi. Terdapat lebih dari 80 pilihan menu kuliner full course meal mulai dari appetizer atau hidangan pembuka, main course atau hidangan utama, hingga dessert atau hidangan penutup.

Dari ragam hidangan tersebutlah memberikan bukti bahwa kekayaan kuliner ikut mewarnai dan mempengaruhi pertumbuhan kota, baik pada zaman prakolonial, kolonial, maupun sesudahnya.

Menu berbuka puasa pun identik dengan tradisi takjil. Dalam Islam ada perintah untuk menyegerakan berbuka puasa. Di Indonesia, istilah takjil digunakan untuk makanan ringan yang dimakan untuk membatalkan puasa. Misalnya, gorengan, es buah, kolak, kurma, dan makanan ringan lainnya.

Di Restoran Cinnamon Mandarin Oriental Jakarta, ada lebih dari 10 jenis takjil yang sanggup melegakan dahaga, terutama bagi umat yang berpuasa. Aneka kolak dengan ragam pugasan, es teler, es campur, es krim gelato, hingga aneka kue-kue tradisional yang mungil nan cantik tradisional yang menggugah selera.

Baca juga: Pasar Takjil Ketidur Mojokerjo jadi tempat kuliner selama Ramadhan
Baca juga: Nikmatnya berbuka puasa dengan bakso dandang BMK

“ Makanan di restoran ini disajikan oleh 15 chef, dengan Kepala Chef Wildan dan tim yang setiap harinya mempersembahkan ragam hidangan, baik itu dengan teknik penyelaran (grill), seperti barbecue yang ada di teras luar, juga hidangan laut, dan buah kelapa segar yang bisa dinikmati dari batoknya. Selain itu, tamu juga bisa menikmati aneka hidangan penutup yang bisa dinikmati, mulai 11 Maret sampai 6 April,” ujar Jun Choi.