Mataram (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat menaruh perhatian serius terhadap stabilitas daerah agar bisa menciptakan laju pertumbuhan ekonomi yang selalu positif di wilayah tersebut.
"Ketika tidak terjadi anomali cuaca, sektor produksi masyarakat tidak terganggu, tidak ada kerusuhan, tidak ada yang menghambat orang melakukan kunjungan, tidak ada bencana, maka arus kunjungan akan terjadi di NTB," kata Sekretaris Daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) Lalu Gita Ariadi di Mataram, NTB, Senin.
Gita menyerukan agar tidak terjadi gejolak politik saat Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada pada November 2024 mendatang. Kondisi politik yang terganggu bisa berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di masa mendatang.
Nusa Tenggara Barat dalam waktu dekat bakal menjadi tuan rumah berbagai ajang besar, salah satunya balapan MotoGP pada akhir September 2024.
Berbagai acara yang semakin banyak ditambah fasilitas pemurnian dan peleburan mineral berpotensi mendongkrak pertumbuhan ekonomi di Nusa Tenggara Barat.
Lebih lanjut Gita menyampaikan bahwa musim hujan yang segera tiba pada September dan Oktober tahun ini bisa memberikan air yang melimpah untuk sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan.
"Mudah-mudahan dengan demikian kita dapat dengan nyaman melewati kehidupan harian di NTB dengan angka pertumbuhan ekonomi positif dan inflasi terkendali," pungkasnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi NTB triwulan II tahun 2024 terhadap triwulan II tahun 2023 mengalami pertumbuhan sebesar 11,06 persen. Pertumbuhan itu merupakan pertumbuhan tertinggi kedua secara nasional setelah Papua Barat Daya.
Perekonomian NTB tersebut berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan II tahun ini mencapai Rp46,80 triliun dan atas dasar harga konstan mencapai Rp28,06 triliun.
Kepala BPS Nusa Tenggara Barat Wahyudin menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi NTB dilihat dari berbagai sisi produksi, seperti lapangan usaha pertambangan mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 46,00 persen, usaha jasa keuangan dan penyediaan akomodasi makan minum mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 18,64 persen dan 10,17 persen.
Dari sisi pengeluaran, komponen pengeluaran ekspor barang dan jasa mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 92,20 persen. Sedangkan, komponen konsumsi rumah tangga merupakan komponen dengan andil paling besar mencapai 56,40 persen.